Jump to ratings and reviews
Rate this book

The Number You Are Trying to Reach is Not Reachable

Rate this book
Kata orang-orang, aku ini genius dan kelewat serius.

Oke, memang koleksi piala dan medali olimpiadeku sedikit lebih banyak dari jumlah perempuan yang dilirik Zeus. Aku masih seusia anak kelas sepuluh, tapi sudah ikut beberapa try out SBMPTN, dan dapat nilai paling tinggi.

Namun, Kak Zahra—guru homeschooling-ku-menganggapku perlu bersosialisasi. Katanya, biar "nyambung" sama orang-orang.

Untuk apa? Aku punya teman kok: Mama, Kak Zahra, Hera, dan... saudara-saudara yang sering kulupa namanya.

***

“The Thirteen Books of Euclid's Elements. Buku itu bisa kamu dapat asal kamu mau masuk SMA,” tantang Kak Zahra suatu hari.

Tidak mungkin. Itu kan, buku legendaris yang ditulis sejak abad ketiga sebelum Masehi. Aku ingin sekali mengoleksi dan mempelajarinya sendiri. Rasanya pasti lebih memuaskan.

"Oke, aku coba sate semester, ya," jawabku mantap.

Demi buku itu, bolehlah aku jalani hidup sebagai anak SMA biasa. Lagi pula, sesulit apa "nyambung" sama orang-orang?

298 pages, Paperback

First published October 15, 2016

103 people are currently reading
857 people want to read

About the author

Adara Kirana

2 books205 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
175 (29%)
4 stars
259 (43%)
3 stars
120 (20%)
2 stars
33 (5%)
1 star
9 (1%)
Displaying 1 - 30 of 100 reviews
Profile Image for R.A.Y.
292 reviews47 followers
July 16, 2019
maaf kalau review ini tidak menyenangkan. saya juga sama sekali nggak nyangka kalau saya bakal nggak suka buku ini. saya termasuk yang antusias pengin baca dan yakin bakal suka.

jadi, um.

pertama-tama, beginilah ekspresi saya kira-kira selama membaca buku ini.

description

description

i really, really, really tried to finish this book. jeongmal, jinjja, daebak, real, heol, wanjeon, berusaha baca sampai akhir. tapi saya nggak kuat. saya terpaksa DNF di tengah-tengah. maafkan saya.

saya kehabisan simpati sama Aira, dan saat DNF, simpati saya udah benar-benar nggak ada buat dia. i don't think she's a genius. she's just an annoying nerdass yang terobsesi sama belajar dan mengira dirinya seorang genius gara-gara labelling dari lingkungannya. saya setuju sama pendapat Eric Pepke di Quora dalam menjawab pertanyaan What is it like to be a genius? dia menulis, "Personally, I define 'genius' the quality as what people call 'thinking out of the box' and a genius personally as someone who does that a lot." saya tidak menemukan quality itu dalam diri Aira. yang saya temukan sepanjang setengah perjalanan membaca hanyalah dia menjuarai ini-itu di kelas dan usia sekian, dia tahu segala hal, dia bisa melakukan segalanya, dan itu sudah sangat lebih dari cukup untuk bikin saya muak. yang bikin saya tambah muak dan sangat sangat sangat muak adalah, semua pencapaian Aira itu, segala kemampuan yang dia miliki yang bikin dia dibilang genius, semua-mua-mua-muanya itu tidak masuk akal.

rasa muak saya pertama timbul di halaman 46, ketika Aira dan ibunya hendak mendiskusikan mata uang Korea menggunakan bahasa Korea.

"Kita bahasnya pakai bahasa Korea, ya."

Aku mengacungkan jempol. "Gampang."


um, EXCUSE ME????? dari mana dan sejak kapan Aira bisa bahasa Korea????? jujur saja, saya nerusin baca karena marah. saya marah dan pengin menemukan tanda-tanda Aira bisa bahasa Korea, sebab saya tahu, for the freaking freak's sake, kalau belajar bahasa Korea itu nggak gampang dan belajar bahasa asing itu sendiri memerlukan waktu yang sangat lama untuk mencapai tahap fasih, atau setidaknya intermediate, cukup fasih untuk digunakan membahas sejarah mata uang Korea di lingkungan yang sama sekali tidak berbahasa Korea. harapan saya, mungkin aja setelah halaman 46, Aira jadi menceletukkan sesuatu atau mengoceh pakai bahasa Korea. mungkin dia ternyata anak k-pop atau diam-diam polyglot. tapi sampai saya berhenti di halaman 164, nggak sekali pun kata-kata bahasa Korea muncul. malah, SAYA TAMBAH MARAH. di halaman 62, Aira bilang, "Aku ingat aku belum melanjutkan lagi pelajaran bahasa Sansekertaku." UM, E X CUSE ME??!!?!?! pertama, yang sesuai KBBI bukan Sansekerta, melainkan Sanskerta. kedua, belajar bahasa Sanskerta kayaknya gampang banget, ya??? apalagi, di paragraf selanjutnya, Aira bilang, "Rasanya seperti ketika aku berhasil mengubah puisi Shakespeare ke dalam bahasa Jawa waktu umurku sepuluh tahun." HEOL! does she even speak Javanese??? aduh, saya harus pegangan sama kursi dan mijit pelipis supaya nggak pingsan. saya nggak mau komentar apa-apa tentang ini, selain bahwa bagian ini terlihat sangat, sangat, sangat konyol bagi mahasiswa Sastra Jawa penutur asli bahasa Jawa yang bisa menjamin belajar bahasa Sanskerta selama dua semester itu adalah siksaan berat dan jangankan menerjemahkan puisi Shakespeare ke bahasa Jawa, nulis cerkak aja susah. dan itu udah penutur asli. bagaimana dengan Aira? memangnya pernah disebutkan kalau dia bisa bahasa Jawa???

belum selesai saya mijit pelipis, tepat di halaman berikutnya, halaman 63, muncul kalimat ini: "Aku sedang mempelajari bahasa Prancis, ketika ponselku bergetar pelan...."

What the F--

OH! itu belum semuanya! Aira dan Bahasa-bahasa Asing muncul lagi di halaman 81. dia bilang, "... aku sudah sangat ingin pulang dan belajar bahasa Latin. Atau membaca buku tentang aksioma yang dibelikan Mama hari kemarin. Atau entahlah, mungkin mencoba memasak sesuatu dari buku resep bahasa Cina yang bulan lalu diberikan Papa kepadaku sebagai oleh-oleh."

AMAZING! What a Genius! She's a freaking Polyglot! She learns foreign languages so easily she doesn't even have to try! She just has to read and be fluent in an instant! I'm so Jealous!

saya yakin, kalau para langblr baca bagian-bagian bahasa asing ini, mereka semua akan either ngakak atau nangis. i was the latter.

it just--it doesn't work, man. bagaimana penulis menjadikan Aira karakter genius dengan membuatnya menceletukkan trivia-trivia pengetahuan umum yang bahkan tidak amazing, tidak baru, dan tidak kreatif. tidak bikin saya merasa "wow, pengetahuannya luas banget." saya justru merasa "iya, iya, iya, Ms. Know-It-All. you can shut up now." tidak bikin saya berpikir "penulisnya pasti seorang genius aku sangat iri." saya malah mikir "ah... penulisnya pasti pinter googling." yang paling konyol adalah Aira dijejali beragam prestasi dan pencapaian di usianya yang masih sangat muda, yang barangkali tidak mustahil, tetapi tetap sangat konyol karena Aira tidak terlihat pernah berjuang mati-matian untuk mendapatkan semua keberhasilan itu. seakan-akan, dia hanya perlu bilang "Aku bisa melakukannya!" lalu poof. namanya disebut sebagai juara. piala muncul di rumahnya. mana perjuangannya, bro? mana suka-dukanya latihan menggambar sampai bisa memenangi lomba menggambar nasional? mana jerih payah latihan memasak sampai bisa menang lomba memasak? sekarang saya tanya aja deh kepada qlean smwa. bukankah dua kutipan ini terdengar sangat, super, luar biasa sombong dan menyebalkan?

"Beberapa hari yang lalu, aku mencari namanya di Internet dan menemukan blog lamanya yang berisi gambar-gambar buatannya. Aku, yang pernah memenangi lomba menggambar nasional yang diselenggarakan untuk umum waktu berumur sembilan tahun, mengakui bahwa gambar Kalila bagus sekali." (hal. 74)

"Aku tidak pernah kesulitan memasak--bahkan, aku pernah memenangi lomba memasak untuk umum sewaktu umurku sebelas tahun." (hal. 137)

masih kurang konyol? perlu ditambahi? nih.

"... karena akan aneh kalau aku bilang aku sudah membaca semua novel Jane Austen waktu berumur sebelas tahun."

uhm. ok.

description

you're not weird, Aira. you're a narcissist. a ridiculous, helpless one.

oke. lebih baik ganti bahasan karena kalau ngomongin kekonyolan Aira, saya mungkin nggak bisa berhenti menghujatnya. padahal Aira kan nggak salah apa-apa. Aira hanya seorang "genius" yang punya kekhawatiran dianggap aneh karena sukanya belajar dan telah mencapai banyak prestasi di usianya yang sangat muda. beneran deh, Aira nggak salah apa-apa.

description

selanjutnya, keluhan saya nggak banyak. novel ini ditulis dengan rapi. sempat dipublikasikan di Wattpad kan, ya? saya senang di sampul depannya nggak ada tempelan pernah dibaca triliunan kali di Wattpad. sekarang saya cenderung berjalan menjauh kalau lihat buku dengan tulisan seperti itu di toko buku (kecuali kalau saya udah tahu kemampuan menulis penulisnya). Adara Kirana ini termasuk yang kemampuan menulisnya saya percaya. i know she reads a lot of books. i got a feeling she's a learner, too. meskipun saya capek dan males setengah mati sama Aira, perlu saya bilang kalau saya salut sama Adara yang berhasil menulis karakter super menyebalkan seperti ini. menyebalkannya dapet sekali, lho. serius. dan meskipun review ini sama aja nyebelinnya, saya nggak mau review ini bikin penulis buku ini merasa gagal menulis cerita dengan tokoh utama seorang "genius" (saya kasih tanda kutip karena saya nggak rela bilang Aira genius), meskipun, ya, sebenarnya, saya memang berpendapat kegeniusan tokoh utama cerita ini gagal.

"... Tapi, kebiasaan dia ngajarin saya segala macam dari kecil, bikin saya suka belajar dan jadi malas main di luar. Dulu, waktu masih kecil, Mama suka ngasih saya permen kalau saya berhasil ngerjain tugasnya dengan baik, dan anak kecil mana yang enggak suka permen? Nah, lama-lama, saya malah kebiasa ngobrol sama Mama soal hal-hal yang baru kita pelajari, dan waktu Mama maksa saya buat main sama anak-anak lain, saya malah merasa enggak nyambung sama anak-anak seumuran saya." (hal. 163)

kutipan di atas sudah lebih dari cukup untuk meyakinkan saya bahwa Aira bukan genius. dia hanya salah didikan.

ibunya juga bukannya bikin saya merasa "ah, dia ibu yang pintar", malah bikin saya mengerutkan kening dan mikir, "hmm, ibunya Aira punya gangguan OCD yang sangat super parah."

atau, umm, mungkin pewatakan genius Aira itu bukan gagal, melainkan salah. smartass families are supposed to be weird and eccentric in some ways, but their "weird" and "eccentric" attitude should make sense. and you don't randomly blurt out "i can do that, i can do this" and "i've done it, i've done that, it's easy" to make a character a genius. saya suka baca buku dengan karakter seorang genius, and something that i learned from reading these books is that the geniusness of the character is presented through their thoughts, not irritating know-it-all-can-do-everything attitude. seperti di Magonia, Aza Ray tidak sedikit pun dideskripsikan sebagai seorang genius. dari kelakuannya, dia hanyalah remaja labil biasa yang unik dan suka galau. but you read her thoughts, and you know that she is. also Jason, Aza's boyfriend, a sixteen years old inventor. dia tidak disebutkan sebagai genius, dia hanya remaja enam belas tahun yang bisa mengendalikan produksi pabrik dari ponselnya sendiri dan punya hak paten untuk menjual produknya. si Jason ini menghafalkan huruf-huruf Yunani ketika masih kecil, diajari oleh ibunya, tapi dia tidak bisa membaca huruf-huruf itu, apalagi menggunakan bahasanya. tapi apakah ketidakmampuannya membaca dan menggunakan bahasa Yunani itu membuatnya 'failed' sebagai seseorang yang sangat cerdas? ya enggaklah. justru ketidakmampuan itu membuat karakternya wajar dan masuk akal. dia masih seorang manusia biasa yang punya batas.

nah, "batas" ini nih yang nggak saya temukan dalam diri Aira.

ya Allah, jadi bahas Aira lagi.

satu lagi, deh. masih sama Magonia.

"Kak Zahra pernah bilang, banyak anak yang mengeluh setiap mendapat soal tentang lingkaran yang phi-nya 3,14. Aku bingung kenapa mereka tidak suka 3,14. Menurutku, 3,14 adalah bilangan yang menarik. Aku bahkan hafal lima puluh angka setelah koma dalam phi." hal. 144

"4127372458700660631558817488152092096282925409171536436789259036001133
053054882046652138414695194151160943305727036575959195309218611738193261
17931051185480744623799627495.

I know more pi than that. She [Aza Ray] knows even more than I do. But at some point in the memorization of pi I'm definitely going to pass the place she stopped at. It'll be the same as driving past her on a road, not seeing her hitchhiking. Which is about as crap as anything I can think of, in a universe of, at this point, unimaginable crap." Magonia, hal. 75

angka-angkanya saya kutip persis dari buku. bandingkan dan renungi. Maria Dahvana Headley berhasil menyatukan pengetahuan Jason tentang pi dengan pikirannya tentang Aza Ray. ini juga nggak saya temukan dalam diri Aira, padahal saya mencarinya. yang saya ingin baca dari Aira adalah pemikiran-pemikirannya tentang hidup, renungan-renungan tentang bagaimana hal-hal di sekitarnya membuatnya gelisah dan kesepian. bukankah seorang genius sering kali gelisah dan kesepian? (meskipun si Aira ini nggak kesepian) tapi yang saya dapatkan hanyalah gagasan-gagasan yang sama tentang "nggak mau dianggap aneh" dan "belajar adalah segalanya". seharusnya, bagian "Aku bingung kenapa mereka tidak suka 3,14" bisa diperdalam lagi. apa Aira tidak punya pemikiran tentang mengapa orang lain bisa tidak suka 3,14? kan katanya dia anak genius? alasan dia lebih suka jadi anak asosial juga seharusnya bisa diperdalam. nggak hanya karena Aira lebih suka belajar di rumah dan itu menyenangkan. no, bro, no no no. itu dangkal banget. bisa lho dikembangin jadi... umm, Aira selalu mengamati anak-anak di sekitarnya dan dia merasa kelakuan mereka lucu... atau dia pernah trauma karena sesuatu... atau apalah. Aira pasti pernah melihat, mengamati, dan merenung kan? anak sepertinya dengan kepintaran seperti itu, nggak mungkin nggak berpikiran rumit kan? sebab menurut saya dia terlalu dangkal dan sederhana untuk ukuran anak sepintar itu.

saya juga nggak butuh nama-nama ilmuwan disebutkan hanya supaya mengesankan Aira tahu dan pernah membaca tentang ilmuwan-ilmuwan itu. saya nggak butuh sharing tentang buku sambil mengutip bagian-bagiannya dalam bahasa Inggris yang sempurna, yang sesuai dengan apa yang tertulis di buku, yang kesannya kayak oh wow hebat sekali sampai rasanya jadi ajaib dan aneh. saya nggak butuh judul-judul buku yang dianggap bacaan berat dibaca oleh Aira supaya kesannya (sekali lagi) oh wow hebat sekali. Aira bisa saja hanya membaca cerita anak-anak dan tetap pintar karena cerita anak-anak itu mempengaruhi caranya berpikir dan memandang dunia, seperti Melanie di The Girl with All the Gifts

begitu banyak hal-hal "hebat" dan "genius" yang dijejalkan penulis pada Aira sampai-sampai Aira saya anggap Orang yang Tidak Konsisten dan Selalu Meninggalkan Pekerjaan Sebelum Selesai. di halaman ini, dia belajar Geografi. di halaman selanjutnya, dia belajar Ekonomi. whut??? di awal bab enam, disebutkan kalau Aira dikasih Zahra e-book Plato yang mau Aira baca supaya nggak bosen di sekolah. di akhir bab ini, Aira pengin belajar bahasa Sanskerta. di awal bab tujuh, Aira belajar bahasa Prancis. lalu tahu-tahu Aira udah selesai baca Great Expectations. maksudnya apa sihhhhhhh????????

description

emang kapan dia baca Great Expectations????????? bukannya selama ini dia lebih sibuk belajar Geografiekonomibahasabahasaasingkimiaterserahbodoamatsebutinajasemuamatapelajarandanmatakuliahdiduniadanlainsebagainya????????? mbok udah gitu lho dia pinter di satu bidang aja tapi menguasai bidang itu sampai ke akar-akarnya! nggak diembat semua begini bagaikan makanan yang dikasih segala macam bumbu sampai rasanya jadi nggak enak dan nggak layak santap!

description

description

this is just. too much.

also, "belajar adalah segalanya" itu. Aira selalu berdalih pengin belajar di rumah, harus belajar di rumah. saya kayak jadi pengin menjerumuskan dia ke dunia fandom biar seenggaknya hidupnya di rumah berwarna dikit. kan asik tuh fangirling seharian di kamar. nggak belajar terus. capek baca dia dikit-dikit belajar, dikit-dikit belajar. saya pikir malah seorang genius lebih lazim bereksplorasi, nggak bisa diam di satu tempat, secara harfiah ataupun tidak.

oke. saya benar-benar perlu dihentikan mencela ke-"genius"-an Aira.

menyambung soal Adara Kirana yang kemampuan menulisnya saya percaya, ini terbukti dan saya tidak kecewa. meskipun tidak berhasil memuaskan saya dan malah bikin saya marah-marah, dia mampu menulis karakter seorang genius yang saya tahu pasti tidak mudah (sebab saya juga pernah menulis cerita dengan karakter genius dan itu tidak mudah). mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan umum dan menentukan kapan mereka harus ditulis itu sungguh tidak mudah. i know. i've been there. saya harap ini membuat penulis terlatih dan banyak belajar untuk menciptakan karakter genius atau anak pintar selanjutnya.

selain itu, seperti yang telah saya sebutkan di atas, novel ini ditulis dengan rapi. buku yang ditulis dengan rapi selalu mendapat tempat khusus di hati saya. hanya, terlalu minim deskripsi. contohnya:

"'Ini rumah siapa?' tanyaku sambil mengamati rumah tersebut. Rumahnya biasa saja, tidak ada yang istimewa. 'Rumah temen lo?'" hal. 154

"rumahnya biasa saja, tidak ada yang istimewa" umm ok??? tapi "biasa aja"-nya itu gimana??? "tidak ada yang istimewa"-nya itu yang kayak gimana???

lagi.

"'Pertemuannya baru mau mulai,' kata Fida sambil terus berjalan. Rumah ini sepenuhnya normal, tidak ada yang aneh. Barusan, kami melewati ruang tamu dan ruang keluarga. Sekarang, Fida menuntun kami menyusuri sebuah koridor pendek. Ia kemudian berhenti di depan pintu paling pojok." hal. 156

jadi rumahnya itu kayak gini

description

atau kayak gini?

description

jujur aja, saya bayanginnya kayak gini

description

and i'm not the one to blame, am i?

soal plot atau alur cerita, rasanya lambaaaat banget. ini juga nih yang bikin saya memutuskan untuk DNF. ceritanya ditulis dengan rapi dan hati-hati, nggak asal loncat ke sana kemari dan ngedrama sana-sini, which is a good thing karena saya cukup trauma sama cerita jebolan Wattpad yang seperti itu. dialog juga mengalir lancar. gaul tapi nggak terlalu gaul sampai rasanya hanya bisa dimengerti pembaca dari lingkungan pergaulan Jabodetabek dan bukannya pembaca se-Indonesia Raya. percakapannya nggak kaku. tapi itu tadi, pace cerita terasa sangat lambat, saya duga karena nggak ada keseruan yang bikin suatu bagian terasa menegangkan, bagian lain menyenangkan, lalu menegangkan lagi, lalu rada santai dikit, dan lain sebagainya. yang saya rasakan cuma suasana yang bikin emosi terus, thanks to Aira. udah lambat, bikin emosi lagi! lmao. nggak gitu juga sih. tapi mau lanjutin baca setengah sisanya tuh rasanya beraaaat banget karena saya tahu saya nggak akan menemukan keseruan apa-apa. nggak ada gregetnya.

sejujurnya saya pikir, DNF adalah keputusan yang tepat untuk mencegah saya membenci buku ini secara membabi buta(?). maksudnya, daripada saya kisruh sendiri, mending nggak usah dilanjutin baca. baru kali ini lho saya merasa seperti ini. tapi untungnya Aira bukan karakter menyebalkan pertama yang pernah saya temui. dia malah saya jadikan Karakter Termenyebalkan nomor dua setelah Cassie The 5th Wave.

kenapa saya nggak bisa berhenti mencela Aira? ini sungguh tidak sehat.

oke. udahan ah.

maaf cuma bisa kasih satu bintang. DNF, lagi. tapi semoga masukan-masukan saya berguna. sekian dan terima kasih.

description

p.s.-nya saya hapus karena dapet notice "Review is too long. You entered 20132 characters, and the max is 20000" LMAO review terpanjang yang pernah saya tulis dan 80% isinya marah-marah sama Aira. wow saya mencapai review terpanjang di Goodreads di umur dua puluh tahun!
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews288 followers
November 14, 2016
Review: http://www.kubikelromance.com/2016/11... (Giveawaynya besok ya :p)

Demi mendapatkan buku langka The Thirteen Books of Euclid's Elements yang ditulis oleh matematikawan Yunani Euklides pada awal abad ke-3 SM yang kemudian diterjemahkan oleh Thomas Heath, Aira harus masuk SMA karena buku tersebut menjadi salah satu hadiah lomba cerdas cermat berkelompok. Hampir enam belas tahun Aira selalu bersekolah di rumah alias homeschooling, Aira hanya pernah mengenyam bangku sekolah ketika kelas satu SD dan itu pun hanya satu semester saja, karena merasa tidak cocok dengan teman-temannya dan dia terlalu pintar untuk anak seusianya, setelah itu dia selalu sekolah di rumah. Mamanya dan Kak Zahra, guru homeschooling menyarankan Aira untuk sekolah biasa, agar dia bisa bersosialisasi dan memiliki banyak teman. Karena sangat menginginkan buku tersebut, akhirnya Aira mau, setidaknya hanya satu semester dan setelah mendapatkan keinginannya dia akan keluar dari sekolah.

Di sekolah Aira tidak menunjukkan kalau dia anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, dia tidak ingin dicap aneh oleh teman-temannya, dia ingin berbaur, dan mengikuti saran Kak Zahra dan Mama, mencari teman sebanyak-banyaknya. Selalu menghabiskan waktu sendirian tentu bukan hal yang mudah bagi Aira untuk berkenalan dengan seseorang. Teman pertama yang dia dapat adalah Kalila, Aira membelanya ketika dia digencet kakak pacarnya untuk mendapatkan kunci jawaban ulangan, setelah itu walau mereka berbeda kelas, mereka menjadi dekat. Kemudian ada Rio, cowok slengekan yang nantinya menjadi guru bahasa gaul bagi Aira dan tanpa persetujuan dari Aira dia mendaftarkan ke kelas tambahan yang biasanya untuk murid yang akan memperbaiki nilai. Kemudian ada guru magang di kelas tambahan yang menjadi teman asik ketika mengobrol tentang karya-karya Charles Dickens, Arka.

Semula kehidupan baru Aira di sekolah berjalan dengan baik, dia mulai belajar menjadi murid biasa seperti teman-temannya, walau masih kaku dia sudah bisa mengikuti gurauan dan bahasa gaul anak muda sekarang, dia tidak lagi kuper dan sangat menikmati kehidupan di sekolah yang baru. Dan walau sebenarnya tidak membutuhkan kelas tambahan, dia suka bertukar pikiran dengan Arka. Namun, semua mulai berubah ketika pemilihan peserta lomba cerdas cermat yang hanya berjumlah tiga orang saja. Tentu Aira menduduki posisi pertama, hanya saja Kalila yang ingin membuktikan diri kepada orangtuanya gagal pada posisi keempat. Pilihan sulit bagi Aira, mengatakan tujuan utama dia bersekolah dengan risiko dijauhi dan dicap aneh oleh teman-temannya, terutama Kalila, sahabat pertamanya, atau terus saja diam dan hanya berpura-pura menjadi siswa biasa dan mencapai tujuan awal.

"Menurut gue, sebaiknya lo jangan terlalu fokus buat berhasil. Kalau lo mikirin harus berhasil terus, bisa-bisa lo malah gagal. Mendingan, lo fokus belajar dan mikir kalau lo harus bisa menguasai materinya -bukan harus lolos."

"Menurut saya, bohong itu enggak pernah menghancurkan -selama tetap jadi kebohongan. Yang menghancurkan adalah, kalau kejujuran mulai tampak di sela-sela kebohongan."

Belajar memang penting, tapi tanpa sosialisasi buat apa? Belajar dari buku itu penting. Tapi lebih hebat lagi, kalau kita enggak sepenuhnya terpatok sama buku. Baca buku, lalu bikin bukumu sendiri -cari pengalaman sendiri.

Menurutku, perubahan memang menakutkan. Tapi, itu adalah bagian dari hidup -bagian dari tumbuh besar. Mama pernah bilang, kalau Mama tidak berubah, mungkin aku tidak akan pernah ada. Dan itu benar. Perubahan tidak selamanya buruk, dan lagi pula, menurutku sekarang, perubahan juga dapat menentukan siapa diri kita sebenarnya.

Jarang saya menemukan buku Coming of Age dalam negeri yang cocok dengan selera sara. Genre Coming of Age adalah genre di mana cerita lebih menekankan perkembangan psikologi dan moral pemeran utamanya dari masa remaja ke masa dewasa, lebih mengutamakan dialog dan monolog internal daripada tindakan, perkembangan karakternya sangat penting. Untuk buku debut, Adara Kirana dengan baik menyajikan genre tersebut atau kalau lebih familier mungkin di sini sering kali disamakan dengan teenlit.

Sangat tepat dengan penggunaan sudut pandang orang pertama di mana Aira berfungsi sebagai narator, kita akan dengan mudah melihat perkembangan karakternya. Di awal ketika membaca mungkin buku ini akan terasa kaku dan sedikit membosankan, memang karakter Aira seperti itu, dan penulis dengan konsisten mempertahan sifat tersebut hanya saja mengembangkan hal lain dari diri Aira, cara bersosialisasi, beriteraksi dengan orang lain, walau masih terasa kaku yang merupakan sifat dasarnya, dia lebih bisa memahami orang lain dan tidak bertindak egois, dia menekan kelebihannya agar orang lain juga bisa menerima dirinya dengan mudah, walau konsekuensinya menjadi konflik utama buku ini.

Saya suka cara penulis membuat dialog antara Aira dan Arka ketika membahas Charles Dickens, seperti dua orang yang memiliki kesukaan yang sama dan membahasnya sampai tuntas, saling melempar kalimat dari buku tersebut, saling berpendapat akan salah satu tokoh sentral dan menganalisisnya, saling menyambung sehingga sangat asik untuk disimak. Rasanya saya iri dengan mereka, hahaha. Gara-bara baca buku ini saya jadi ingat kalau masih punya hutang resensi Great Expectations #plak LOL.

Saya sangat menyukai hubungan Aira dan Rio ketika belajar bahasa gaul dengannya. Rio ini karakter yang sangat menyenangkan, teman yang asik untuk diajak bercanda. Bisa dibilang Rio cukup berperan dalam pembentukan karakter Aira yang baru, Aira bisa sedikit lebih luwes dan membadakan mana obrolan serius dan bercanda. Bagian mereka lucu dan menyenangkan, bahkan saya ikutan belajar bahasa gaul sekarang ini, wakakaka, merasa tua sekali karena saya seperti hanya Aira, bingung dengan bahasa alies yang sering kali digunakan anak muda jaman sekarang.

Saya suka hubungan serius Aira dan Mamanya, bisa dibilang obrolan orang pintar, memang kaku tapi bagi mereka hal tersebut merupakan kegiatan yang menyenangkan. Mamanya Aira ini bisa dibilang cerminannya Aira, sangat detail akan segala hal, sering kali membahas dan membaca buku bersama bahkan layaknya makanan sehari-hari bagi mereka. Saya suka hubungan Aira dengan Kalila dan saudara tirinya, Hera. Mereka berdua juga berperan dalam mengeluarkan Aira dari zona nyaman, mengenalkan apa itu persahabatan, perhatian, dan kasih sayang.

Bagian favorit saya adalah bagian ini:

"Kalau ada kesempatan kedua, apa kamu bakal coba lagi?"
Arka mengangkat bahunya.
"Kayak kata mbak-mbak operator," lanjutku. Kemudian aku melanjutkan dengan suara datar, "'Cobalah beberapa saat lagi'."
Arka tertawa dan menggeleng. "Itu cuma buat kamu."
"Oh? Kalau Aisya apa?"
Arka berpikir sebentar. "Kalau Aisya itu 'pulsa Anda tidak cukup untuk melakukan panggilan'," jawabnya.
Aku tertawa. "Kenapa?"
"Soalnya, saya enggak bisa nyoba lagi. Aisya terlanjur menutup diri dan saya menjauh," jawab Arka. "Kalau mau coba, saya harus beli pulsa -nyiapin mental dulu."
"Dan, kamu enggak mau beli pulsa?" tanyaku.
Arka berpikir sebentar kemudian menggeleng. "saya mau beli pulsa. Tapi untuk sekarang, bukan nomor Aisya yang mau saya hubungi."

Secara keseluruhan, buku ini sangat recommended bagi kalian khususnya para remaja. Nggak ada kisah cinta yang menonjol karena fokus utamanya bukan itu. Buku ini lebih berbicara akan proses pendewasaan seseorang, tentang bagaimana pentingnya orang lain dalam kehidupan kita, tentang menerima apa yang namanya perubahan.

4 sayap untuk 'nomor Anda dalam masa tenggang' (itu mah saya, LOL).
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book262 followers
March 15, 2017
Tokohnya nyebelin. Kayak alien yang berusaha menyesuaikan diri dengan penduduk bumi. Tapi justru di situlah bagusnya novel ini. Ya...karena tokohnya konsisten nyebelinnya...hehe...

-----------------------------------

Aira sangat menginginkan buku The Thirteen Books of Euclid's Elements Volume 1-3. Untuk mendapatkan buku itu secara gratis, dia harus ikut lomba Cerdas-Cermat Matematika tingkat SMA. Dan untuk ikut lomba itu, dia harus masuk ke sekolah reguler. Selama ini Aira memang hanya menempuh homeschooling. Terakhir dia masuk sekolah reguler adalah pada saat SD, dan dia kapok karena dianggap aneh oleh teman-temannya. Kepandaian Aira yang di atas rata-rata membuat dia sulit bergaul dengan anak seusianya.

Demi buku itu, akhirnya Aira masuk ke salah satu SMA populer rekomendasi Zahra, guru homeschooling-nya. Hanya untuk satu semester saja, sampai lomba Cerdas-Cermat itu selesai. Bisa ditebak, Aira mengalami kesulitan bersosialisasi. Apalagi ketika teman-temannya menggunakan bahasa gaul yang baginya kedengaran aneh. Dalam hal pelajaran, Aira tidak menemukan kesulitan. Toh dia sudah menamatkan semua pelajaran SMA sampai pelajaran kelas 3. Yang menjadi masalah adalah bagaimana caranya agar dia tidak di-cap aneh.

Judul novel yang unik ini membuat saya tertarik untuk membaca novel debut dari Adara Kirana. Novel ini dikisahkan dari sudut pandang Aira. Aira mengisahkan dirinya dengan berbagai prestasi yang dicapainya, juga buku-buku klasik yang sudah dibacanya. Aira juga menggambarkan "keanehan yang sama" yang juga dialami oleh mamanya yang juga OCD berat. Dan sebagai pembaca, saya hanya bisa bilang karakter Aira ini sempurnanya kebangetan. Membacanya membuat saya menganggap Aira ini seperti alien yang tersesat di bumi. Ya kayak teman2nya Aira gitu... Tapi konsistensi karakter Aira ini menjadi satu daya tarik untuk novel ini.

Lantas judulnya itu nyambung ke mana?
"Kalau ada kesempatan kedua, apa kamu bakal coba lagi?"
Arka mengangkat bahunya.
"Kayak kata mbak-mbak operator," lanjutku. Kemudian aku melanjutkan dengan suara datar, "'Cobalah beberapa saat lagi'."
Arka tertawa dan menggeleng. "Itu cuma buat kamu."
"Oh? Kalau Aisya apa?"
Arka berpikir sebentar. "Kalau Aisya itu 'pulsa Anda tidak cukup untuk melakukan panggilan'," jawabnya.
Aku tertawa. "Kenapa?"
"Soalnya, saya enggak bisa nyoba lagi. Aisya terlanjur menutup diri dan saya menjauh," jawab Arka. "Kalau mau coba, saya harus beli pulsa -nyiapin mental dulu."
"Dan, kamu enggak mau beli pulsa?" tanyaku.
Arka berpikir sebentar kemudian menggeleng. "saya mau beli pulsa. Tapi untuk sekarang, bukan nomor Aisya yang mau saya hubungi."


Analoginya keren.
Profile Image for Azzam Alfa.
38 reviews1 follower
February 6, 2017
Wow! Tak terbayangkan!
Beneran ini novel jebolan wattpad? Keren sangat sangat!
Bukannya nyepelein wattpad sih ya tp kebanyakan kan gag sebegitu greget kalau dibukukan. Sempat ragu jg awal awal mau beli atau enggak. Karena penasaran yaudah deh beli aja. Dan gag mengecewakan kok. Kisahnya sama sekali gag alay. Catet. Gag alay! Penuturannya gag terlalu dilebih lebihkan meskipun latarnya dunia SMA. Dan yg bikin makin suka, novel ini gag melulu bahas soal cinta. Tp lebih akan kehidupan seorang pelajar yg butuh sosialisasi. Pengambilan judul juga bisa dibilang kece banget. Awalnya ngira kok gg nyambung sama judulnya tp pas baca terus.. ooh ooh.. ooh aah!! Hahhaha.. sumpah kalau kalian pengen bacaan yg gag gitu gitu aja, wajib punya novel ini!! Suires!! (baca:Serius niru gaya bicaranya Rio dan Aira)
Profile Image for Utha.
820 reviews385 followers
April 2, 2017
Ceritanya lumayan bagus. Resensi lengkap bakal nyusul.

3.4 bintang.
Profile Image for Hana Bilqisthi.
Author 4 books279 followers
March 22, 2017
Membaca dua bab pertama membuatku merasa tua.
Like "Arg! I am too old to read this"
Udah lama ga baca novel remaja jadi aneh dan geli gitu pas baca.
Tapi lama-lama makin seru.
Suka banget sama gombal dan Modusnya Rio dan Aira XD
Menghibur dan bikin ngakak..
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews88 followers
December 20, 2016
Review selengkapnya juga bisa dibaca disini http://rizkymirgawati.blogspot.co.id/...

Aira sangat suka belajar. Sudah 16 tahun dia belajar melalui homeschooling, dan tidak belajar lewat sekolah formal. Aira pernah bersekolah sebelumnya, waktu kelas satu SD, tapi karena semakin lama dia bersekolah, dia merasakan tidak cocok dengan anak-anak di sekelilingnya, akhirnya dia pun mengundurkan diri.

Selama ini Aira sangat menikmati kehidupannya. Dia tidak punya teman banyak, hanya kepada Mama dan Kak Zahra, guru lesnya saja dia bisa bercerita banyak. Hingga suatu hari, Kak Zahra membawa informasi mengenai lomba cerdas cermat matematika dan hadiahnya sungguh menggiurkan sekali. Hadiah berupa The Thirteen Books of Euclid's Element's, hasil terjemahan Thomas Heath. Buku aslinya ditulis oleh Matematikawan Yunani bernama Euklides di awal abad ke-3 SM.

Aira sudah pernah membaca buku itu sampai selesai, tapi hal itu tetap membuatnya tertarik mendapatkan buku istimewa itu. Namun, betapa kagetnya Aira bahwa dia harus bersekolah untuk bisa mengikuti lomba itu. Kak Zahra pun membujuk Aira untuk memikirkan untuk kembali ke sekolah formal, SMA seperti anak-anak seusianya.

"Percaya sama kakak, kalau kamu masuk sekolah, banyak hal yang kamu bisa pelajari. Misalnya dari ekskul, organisasi dan segala macam. Percuma kalau kamu pintar, tapi kamu enggak bisa bersosialisasi dengan baik." (Halaman 4)

Banyak hal yang dikemukakan oleh Kak Zahra, dan membuat Aira cukup berpikir. Apalagi Kak Zahra yakin bahwa dengan bersekolah Aira bisa bersosialisasi dan punya banyak teman.

"Nah, emangnya kamu enggak mau, kalau setiap kamu melangkah, kamu punya teman? Punya orang yang bisa kamu ajak bicara dengan nyaman? Dunia ini luas dan Kakak yakin kaki kamu nggak mungkin melangkah di sini-sini aja. Kamu pasti bakal melangkah jauh. Satu teman saja enggak cukup buat dunia yang luas ini, Aira." (Halaman 5)

Hal ini ternyata didukung oleh Mama Aira yang memang sejak lama ingin melihat Aira bersekolah kembali. Papa, Hera dan Viona, mama tirinya pun antusias sekali mendengar Aira akan kembali masuk SMA. Walau itu pun harus dengan perjanjian dan Aira baru akan mencoba selama 1 semester dulu, hanya untuk mengikuti lomba cerdas cermat itu.

"Gue kira orang pinter kayak lo tahu kalau sosialisasi itu hal yang penting di hidup. Lagian, pelajaran enggak cuma didapetin dari buku. Lo juga bisa belajar dari orang-orang di sekitar lo. Bahkan, ada beberapa pelajaran yang cuma bisa lo dapetin dari pengalaman langsung bukan dari buku-buku besar lo itu." (Halaman 20)

"Dan menurutku, setiap pengalaman yang bisa kualami di hidup sudah diwakili oleh banyak orang-orang hebat. Orang-orang yang kemudian menuliskan atau dituliskan kisahnya, aku selalu belajar tentang kehidupan dari biografi atau autobiografi seperti itu. Jadi, ketika Hera mengatakan bahwa ada pelajaran yang tidak bisa kudapatkan dari buku, dia pasti sedang bercanda." (Halaman 20)

Aira pun akhirnya kembali masuk SMA. Awalnya dia merasa berbeda dengan yang lain, tapi perlahan-lahan dia menemukan seorang teman baru, Kalila. Juga Rio seorang teman yang malah mengajaknya untuk mengikuti kelas tambahan untuk siswa-siswi yang bernilai kurang.

Aira takut terlihat aneh, jadi Aira pun mulai menutupi kepintarannya dan bersikap seperti siswi biasa-biasa saja, tanpa menunjukkan bahwa dia punya IQ di atas rata-rata dan dia sudah menguasai semua materi SMA.

"Terserah kamu, sih. Asal jangan sampai, kesannya kamu kayak bohong gitu. Malah jadi masalah nanti." (Halaman 71)

Perlahan-lahan Aira pun mulai nyaman dengan kehidupan barunya. Aira mulai bisa membuka diri kepada teman-teman baru. Bahkan Aira jadi bisa tahu banyak bahasa gaul dari teman-temannya. Aira pun mulai memahami bahwa benar ada banyak hal yang bisa dipelajari dari kehidupan, bukan hanya dari buku saja.

"Gue belakangan ini belajar kalau gue enggak bisa menilai orang dari luarnya saja, dan gue sadar kalau lo juga benar tentang enggak semua hal bisa dipelajari dari buku teks. Ada hal-hal yang harus kita alami dan pelajari sendiri." (Halaman 103)

Tapi, lama-lama Aira juga mulai takut akan perubahan dirinya. Takut bagaimana jika orang-orang tahu bahwa selama ini dia menutupi kepintarannya? Bagaimana pandangan teman-temannya, termasuk Kalila, Rio dan guru les tambahannya, Arka akankah mereka berubah kepadanya?

"Kalau kamu mengubah satu hal di hidup kamu, lama-lama seluruh hidup kamu akan berubah." (Halaman 109)

Akhirnya menemukan 1 (satu) lagi novel yang membuatku begitu hanyut saat membacanya. Gak menyangka, novel ini membuatku penasaran membaca sejak halaman awal hingga akhir.

Senang sekali bisa kenalan dengan sosok Aira, sosok remaja yang pintar dan sangat suka belajar. Dia memang unik dan berbeda dengan remaja seusianya. Dia selalu haus akan ilmu dan bagi dia belajar itu kayak bermain, tiada hari tanpa belajar.

Awalnya bingung ada ya remaja seperti itu, tapi saat tahu kehidupan keluarganya aku bisa memahami. Dia benar-benar duplikat mamanya. Mamanya juga pintar, tapi senang bersosialisasi. Hal yang berbeda dengan Aira yang kurang luwes dalam pergaulan.

"Selain bahasa gaul, lo juga harus belajar cara hidup remaja-remaja sekarang. Percuma lo bisa bahasa gaul kalau lo enggak bisa bertahan hidup." (Halaman 131)

Hingga iming-iming buku istimewa yang dia inginkan, dia pun mulai keluar dari zona nyamannya. Hal ini memang menakutkan bagi Aira, tetapi setelah dijalani dia menemukan banyak hal baru yang tidak bisa didapatkannya dari buku. Dan lebih enak langsung didapatkan dari pengalamannya sendiri.

"Menurut gue, sebaiknya lo jangan terlalu fokus buat berhasil. Kalau lo mikirin harus berhasil terus, bisa-bisa lo malah gagal. Mendingan, lo fokus belajar dan mikir kalau lo harus bisa menguasai materinya, bukan harus lolos." (Halaman 143)

Karakter Aira benar-benar konsisten dari awal hingga akhir. Aira yang memang agak kaku, tetapi perlahan-lahan dia mulai membuka diri. Penulis membuat Aira berubah secara perlahan-lahan, Aira mulai berteman dan bisa mengerti orang lain. Aira mulai bisa memahami apa artinya sosialisasi dan tidak terlalu menonjolkan kelebihannya.

"Menurut saya, bohong itu enggak pernah menghancurkan selama tetap jadi kebohongan. Yang menghancurkan adalah, kalau kejujuran mulai tampak di sela-sela kebohongan." (Halaman 146)

Walaupun Aira takut akan perubahan, tapi perlahan-lahan dia bisa memahami bahwa tidak semua perubahan itu buruk. Dia mulai melihat perubahan dari sisi yang berbeda. Dan ternyata dia bahagia menjalaninya.

"Belajar emang penting, tapi tanpa sosialisasi buat apa? Belaajr dari buku itu penting. Tapi lebih hebat lagi, kalau kita enggak sepenuhnya terpatok sama buku. Mereka bilang 'baca buku, lalu bikin bukumu sendiri, cari pengalaman sendiri." (Halaman 190)

Hingga kemudian rahasia tentang kepintarannya itu menjadi bumerang bagi dirinya. Dia harus memilih antara temannya atau lomba cerdas cermatnya, Aira pun bisa memilih yang terbaik.

"Orang yang benar-benar teman kita, enggak bakal mungkin marah lama-lama. Dan kalaupun dia emang enggak mau maafin kamu padahal kamu udah minta maaf, mungkin itu tandanya kamu harus cari teman lain, karena dia enggak bisa nerima kamu apa adanya." (Halaman 206)

Novel ini memang tidak terlalu mengulas tentang romansa para tokohnya, ada sebagian kisah memang antara sosok Aira, Arka dan juga Rio tapi semua dengan takaran yang pas. Memang novel ini lebih difokuskan untuk perkembangan karakter Aira dan bagaimana dia menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.

Jujur aku awalnya penasaran sekali dengan judul novel ini dan akhirnya bisa kuketahui setelah membaca kisah Aira. Judul yang memang pas menggambarkan kisah Aira ini.

"Karena buat saya, kamu itu kayak nomor yang enggak bisa diraih.
Karena kamu enggak bisa diraih atau seenggaknya, susah diraih. Saya dari dulu tahu kamu pinter, tapi kamu nutup diri. Itu yang saya enggak ngerti kenapa. Buat saya, kamu itu semacam ... misteri. Dan saya beruntung banget bisa kenal sama sesuatu yang enggak bisa diraih."
"Tapi, kenapa harus 'nomor'?"
"Yah, pertama, karena pertama kali kita kenal, gara-gara salah sambung. Kedua, yang paling penting karena kalau nomor enggak bisa diraih, ada suara bilang 'cobalah beberapa saat lagi'. Menurut saya, kamu itu mengundang orang-orang buat kenal sama kamu lebih dalam, dan bikin orang-orang terus mencoba." (Halaman 219)

Kamu mencari sebuah novel remaja yang ringan dan kamu bisa mengambil hikmah dari kisahnya, aku rekomendasikan novel ini untuk kamu baca. Novel yang membuatku jatuh cinta dan membuatku sadar bahwa perubahan akan selalu datang. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, tergantung darimana kita melihatnya. Jadi, jangan takut untuk keluar dari zona nyamanmu dan berubah ya, siapa tahu perubahan bisa membawamu menjadi pribadi yang lebih baik dan menemukan hal-hal baru.

"Menurutku, perubahan memang menakutkan. Tapi, itu adalah bagian dari hidup - bagian dari tumbuh besar. Mama pernah bilang, kalau Mama tidak berubah, mungkin aku tidak akan pernah ada. Dan itu benar. Perubahan tidak selamanya buruk, dan lagi pula, menurutku sekarang, perubahan juga dapat menentukan siapa diri kita sebenarnya." (Halaman 287)
Profile Image for Olivia.
132 reviews9 followers
May 31, 2018
» tokoh
pada awal cerita, jujur saya berkali-kali mengerutkan kening karena- er, apakah ada orang yang /sebegitunya/ sampai memasak dan berfoto saja dihitung dengan satuan yang sangat kecil? ya, perfeksionis, mungkin bisa dibilang. tapi rasanya tidak sebegitunya juga, bukan?
di awal, saya merasa bingung untuk memutuskan apakah sifat karakter utama dan ibunya ini dibuat berlebihan atau nyata. namun kemudian, semakin dalam saya membaca buku ini, semakin terasa natural apa yang menjadi cara berpikir mereka.

secara keseluruhan, saya suka rata-rata tokoh yang ada di sini. mereka bervariasi, namun nyatanya mereka berdasar pada satu sifat yang sama: baik hati. aira yang hobi belajar dan tidak tahu cara bersosialisasi, rio yang mau membantu mengajari aira cara bersosialisasi yang baik, kalila yang mau meraih aira terlebih dahulu, bahkan hera pun pada dasarnya ramah dan baik- jika ia bisa mengurangi kegemaran tidak sehatnya itu.
namun yang paling berkesan untuk saya adalah... arka. sosok yang lembut, ramah, dan menyenangkan rasanya mudah membuat saya jatuh cinta pada sifatnya itu. bahkan, pada scene tertentu dengan aira, saya sempat menitikkan air mata. TT__TT

» plot
buku ini, pada dasarnya tidak begitu fokus pada romance-nya. ya, tentunya ada dan terlihat selipannya di sana dan sini, namun buku ini sebenarnya lebih fokus kepada aira yang mulai belajar bersosialisasi, membuka diri, dan bersikap jujur kepada teman-teman di sekitarnya. bahwa setiap perbuatan akan memiliki konsekuensi, dan bahwa kita harus berusaha lebih untuk menunjukkan ketulusan kita juga.
dibalut dengan tema yang sederhana- murid pindahan yang "socially awkward", rasanya menakjubkan juga saat menyadari kalau ada banyak pesan moral yang dapat diperoleh.

» perkembangan karakter
karena sebagian besar buku ini membahas karakter aira, maka perkembangan karakter perlu diberi poin sendiri. perkembangan karakter ini, dapat saya lihat terutama pada diri Aira, Arka, dan Kalila. mereka berubah dengan cukup menonjol- ke arah yang lebih baik kurasa (walau masih tak rela Arka---). sayang, Rio yang juga banyak berperan penting dalam kehidupan Aira ini kurang banyak dibahas latar belakangnya. padahal, mungkin akan lebih bagus lagi kalau bisa dibahas juga apa yang membentuk Rio menjadi Rio.

» gaya bahasa
singkat saja, gaya bahasa yang digunakan gaul, banyak kata-kata tidak formal, dan biasanya saya kurang suka itu. namun, khusus buku ini, saya setuju dengan pemilihannya dan merasa nyaman dalam membacanya- yah, aira sedang belajar bergaul di masa kini. jadi, memang jelas bahasa demikian dibutuhkan di sini. selain itu, bahasanya masih mengalun dengan baik- membuat saya mudah untuk masuk ke cerita.

» overall rating
sebuah buku remaja ringan dengan beberapa moral story yang dapat diambil, plot yang tidak pasaran semata. recommend sebagai salah satu buku remaja yang memfokuskan diri di bagian pencarian jati dirinya.
4/5
Profile Image for Air.
152 reviews13 followers
October 23, 2016
3.75 bintang dibuletin ke atas! :-)

Suka banget. Apalagi ada nama saya di thanks to-nya hehehe /plak.

Banyak pelajaran yang bisa diambil. Terus, banyak kutipan-kutipan bagus juga. Topik yang dibahas di sini enggak begitu ringan--seperti kebohongan dan perubahan--tapi, cara penulis menyampaikannya enteng banget. Sukak. (Duh, malu nih saya nulisnya. Saya nggak pernah muji-muji An kayak gini! Nanti orangnya kepedean.)

Sayangnya ada lumayan banyak typo, tapi ternyata--saya juga baru tahu--typo itu enggak sepenuhnya salah penulis. Saya juga ngerasa, masalah dan ketakutan Aira agak berlebihan dan terkesan dipanjang-panjangin.

Tapi secara keseluruhan, buku ini bagus banget dan--menurut saya--layak dapat 3.75-bintang-dibuletin-ke-atas :-)
1 review
June 12, 2017
Pertama-tama, selamat untuk Adara yang bahkan seumuran sama aku (15 tahun) sudah bisa menerbitkan buku, yang bukan sembarang buku.

Overall, aku suka banget sama ceritanya, karakternya unik, apa lagi Mamanya Aira ... aduh! Perfeksionis banget orangnya :D

Tentang bahasa-bahasa, itu juga enak dibaca, kok. Apalagi, tentang cara Adara memilih kiasan untuk Aira. Menurutku, itu sangat unik.

Di bagian akhir cerita, aku sempat hopeless kalau Aira bahkan nggak dapet salah satu dari keduanya (Arka&Rio), tetapi ternyata ... Adara sukses bikin aku senyum-senyum sendiri! Di tunggu novel "Thank You" nya yaa^^
Profile Image for Nisa Rahmah.
Author 3 books105 followers
February 7, 2017
"Jangan lihat dari sudut pandang kamu aja, Aira. Dunia kan besar--kamu enggak mungkin melihat semuanya cuma dari satu sudut pandang." ---halaman 219

Selengkapnya >> http://resensibukunisa.blogspot.co.id...

Sebenarnya, saya sudah lama kepingin baca buku ini. Namun, beberapa kali saya urungkan karena harganya terlalu mahal bagi saya (untuk ukuran buku teenlit). Tapi, karena ada beberapa alasan (yang akan saya uraikan di bawah), saya pasti bakal baca buku ini. Ternyata saya justru mempercepat membeli dan membaca buku ini. Barangkali karena bulan ini adalah bulan membaca teenlit bagi saya.

Kenapa saya kepingin membaca buku ini? Karena..., penulisnya seorang Potterhead *gdubraks*. Alih-alih karena buku ini ramai di laman goodreads dengan ulasan yang positif, atau judulnya yang familier di dengar dan membuat penasaran, saya justru tertarik membacanya karena si penulis yang seorang fans Harry Potter sama seperti saya. Benar, kan? Lalu, ditambah alasan-alasan tadi, saya memutuskan kalau saya bakal beli bukunya. Dan karena saya butuh riset tentang teenlit, akhirnya saya mempercepat belinya begitu lihat buku ini di Gramedia (sambil tutup mata lihatin harganya).

Sebagai penimbun buku, dan membaca buku ini di hari yang sama dengan saat membelinya, itu merupakan prestasi besar bagi saya. Dan buku ini, berhasil mencuri perhatian dari beberapa lembaran awalnya. Saat malamnya menemani Ibu antre dokter, saya bahkan menyelesaikan seratusan halaman awal. Namun sayangnya, karena beberapa hari kemudian harus fokus mengerjakan sesuatu, akhirnya bacanya tersendat. Dan ketika sudah selesai membacanya, saya baru bisa memberikan ulasan sekarang.

Bahasa yang digunakan enak, enaak bangeet! Mengalir. Makanya saya melaju dengan cepat saat membacanya. Lalu, untuk segi karakter, dapat banget. Aira ini polos, tapi pintar. Suka membaca, suka belajar banyak hal, rasa ingin tahunya besar. Tipikal Ravenclaw banget. Lalu ada Rio, dengan segala kepercayaan dirinya. Rio yang sabar mengajari Aira yang aneh, membuat Aira keluar dari tempurungnya dan melihat dunia dari kacamata yang berbeda. Sementara Arka, waduh, cowok penyuka novel klasik itu kalau ada di dunia nyata idola banget! Dan sosok Kalila, juga memberikan warna tersendiri dalam kehidupan Aira.

Melalui Aira, entah mengapa rasanya saya melihat diri saya sendiri di sana. Aira yang introvert, suka membaca, hidup dalam dunianya sendiri. Buku kesukaan Aira pun, saya menyukainya juga, dan menjadi buku klasik terbaik! (Baca: A Tale of Two Cities) Saya juga lebih menyukai Jane Bennet (just because yang main Rosamund Pike *plak*) ketimbang Liz Bennet di Pride and Prejudice. Bisa dibilang, buku-buku sastra yang dibahas di buku ini, sepertinya saya sudah baca semuanya. Pokoknya, kecintaan Aira pada buku, dan rumahnya yang dipenuhi dengan buku-buku itu, mirip dengan saya! Bahkan, beberapa kosa kata gaul pun, ada yang nggak saya mengerti. Sama banget ya dengan Aira, wkwkwk, meskipun saya nggak polos-polos banget sampai tidak tahu apa itu arti "modus". Anyway, bagian itu saya suka banget lho! Sampai ngakak bacanya.

"Aira, kayaknya, si Rio modus sama lo, deh."
"Nilai terbanyak?"
"Hah?"
"Modus."
---halaman 43

Barangkali ada yang nggak ngerti, modus itu dalam istilah matematika artinya nilai terbanyak =)) Yang bego lagi ini, kelanjutan dari modus:

"Rio, lo ngerti bahasa gaul kan?"
"Iya. Knp?"
"Modus itu apa sih? Masa katanya, gue disuruh modus ke lo gara-gara kata temen gue, lo udah menunjukkan tanda-tanda modus."
"HAHAHAHA."
---halaman 48

*Ngakak sampai Saturnus* =)))

Saya suka Arka, saya juga suka sama Rio. Dua tipe yang bertolak belakang tapi saya suka kedua-duanya. Rio yang santai, Arka yang kalem.

Tentang judulnya sendiri, sebenarnya saya bingung, kenapa bisa dikasih judul seperti itu ya? Rasanya kok nggak nyambung sama sekali. Tapi ternyata, di tengah menuju akhir, ada penjelasan kenapa bisa seperti itu. Penjelasan yang nggak dimengerti Aira kalau nggak dijelasin. Oke, mungkin karena saya agak mirip dengan Aira, jadinya nggak tahu juga kenapa *lah*. Dan perkembangan karakternya itu, saya suka. Berjalan alami dengan semestinya.

Dulu--dan mungkin--sekarang, aku masih nomor yang tidak bisa diraih, tapi aku memutuskan untuk mulai mengangkat panggilan orang-orang. ---halaman 225

Untuk kesalahan penulisan sendiri, sayangnya, masih banyaaaaaak. Tapi sepertinya penulisnya sadar. Kalian bisa kunjungi blog penulis kalau mau tahu kesalahan apa saja yang ada di buku ini (tapi di sana ada spoiler dikit dari yang komentar, kalau nggak mau kena spoiler jangan diklik ya, wkwk). Jadinya, saya nggak perlu menambahi. Ada beberapa bagaian yang terkesan memaksa juga, tapi itu nggak berpengaruh banyak sama cerita ini kok. Mungkin untuk di lain kesempatan, beberapa plotnya harus dipikirkan lebih logis lagi kali yah. Tapi lagi-lagi, itu nggak berpengaruh besar pada cerita, tenang saja.

Kalau kamu mencari buku teenlit yang ringan dan menghibur, dengan gaya penyampaian yang menarik dan nggak bikin bosan, buku ini saya rekomendasikan untuk kalian. Dan, saya menunggu karya lain dari penulisnya. So, keep writing ya!
1 review
November 16, 2017
Pertama gue liat cerita ini tuh, di wattpad. gue liat cerita ini di feeds, dan gue mikir kayak gini,

"Anjir, gak ada kerjaan apa judulnya panjang banget?"

Dan gue abaikan. Tapi, cerita ini terus muncul di feeds, begitu juga di reading list para penulis lain. Akhirnya, gue add cerita ini ke library. gue baca, dan asdfghjkl cerita ini keren banget. pas gue liat penulisnya, adalah kak An. dan gue mewajari, karena semua cerita kak An itu keren banget. pas gue baca beberapa chapter, dan, ternyata udah terbit. Oke, gue langsung galau ala-ala anak putus cinta. *gak ding.

Dan gue terus baca ulang di wattpad, sampau suatu hari gue ke Gramedia dan gak nemuin buku ini. Gue menemukan cerita kak An yang Thank You, dan gue beli. Sekitar sebulan setelah itu, gue akhirnya dapet buku ini. langsung gue baca dong, seharian. dan ceritanya lebih keren banget. walau ada beberapa scene awal di wattpad yang diganti di novel. Dan buku ini seakan-akan jadi kamus bahasa anak gaul yang ditulis oleh Rio, karena gue sendiri juga rada kudet. di buku ini juga gue nemuin pelajaran, pelajaran yang bener-bener pelajaran yang ada di sekolah. waktu gue baca di wattpad, jujur, gue kesel sama Aira yang keterusan bohong.

Gara-gara buku ini, gue jadi ngebet pengen baca buku-bukunya Charles Dickens terutama A Tale of Two Cities, karena Arka sama Aira terus ngomongin ini. Gue juga suka sama tokoh Kalila, yang berjuang buat menangin lomba cerdas cermat cuma untuk bikin orang tuanya bangga. hal ini bener-bener sudah jarang ditemui dan sudah dangat jarang dilakukan oleh kids zaman now.

konflik ceritanya juga ringan, bukan konflik tentang cerita cinta gara-gara tokohnya selingkuhlah, ke luar negerilah, sakit parahlah, matilah, dijodohin lah, dan apalah-apalah lainnya. No! Big No! Konfliknya bagian klimaksnya itu menurut aku konflik tentang persahabatan Aira dan Kalila. Gue juga suka bagian di halaman 265-266. And, semua isi bukunya gue suka. Gue rada kecewa gara-gara kenapa si Aira gak bareng si ..... itu aja? dan gue juga suka bagian si ..... nembak Aira.

Typonya juga gak terlalu banyak menurut gue, cuma kurang satu huruf dan itu masih wajar. isi buku ini gak melulu tentang cinta. Harusnya banyak novel teenlit kayak gini. Cerita ini menurut gue sangat realistis, gak ada adegan gandengan-pelukan-ciuman yang banyam banget ada di novel teenlit sekarang. di cerita ini juga gak ada kata-kata kasarnya. pokoknya ini keren banget!
Profile Image for Oktabri.
147 reviews4 followers
July 8, 2017
'THE NUMBER YOU ARE TRYING TO REACH IS NOT REACHABLE' KARYA ADARA KIRANA

Spoiler : Setiap kalimat dari novel luar yang dikutip di dalamnya sejalan sama cerita dan juga salut untuk risetnya. Kalau bukan riset, bisa jadi penulisnya memang sejenius tokoh utama novelnya ini.
1 review
July 5, 2017
Ini keren banget, jauh dari bayangan saya. 296 halaman yang bikin saya ketagihan dan pengen baca lagi dan lagi.

Yang paling saya sukai dari buku ini itu bahasanya yang nggak belibet, enak dibaca, dan nggak ada kata-kata kasar kayak novel-novel remaja jaman sekarang. Saya juga suka pembawaan tokoh Aira yang kaku, genius, dan terlalu serius itu, HAHA. Jarang ada tokoh kayak Aira di buku-buku yang pernah saya baca sebelumnya, biasanya sih, tokoh utamanya itu kayak Kalila.

Di cetakan kedua, salah ketik, dan lain-lain udah dibenerin, jadi saya nggak akan banyak komentar soal itu — soalnya nggak ada yang bisa dikomentarin, lol.

Omong-omong, saya suka Arka-Aira lebih dari apapun di buku ini (mereka mengingatkanku pada Ezra-Aria di Pretty Little Liar). Mereka itu nggak bisa dideskripsikan! Kalau kata remaja sekarang sih mungkin mereka 'unch sekali', HAHA. Dan alasan itu juga yang bikin saya agak kecewa sama endingnya, huhu. Tapi nggak apa-apalah, saya tetep suka kok. Apalagi cara nembaknya yang oke, saya emang harus bilang keren.

Bagian favorit saya di buku ini itu di setiap halaman yang ada Arka sama Airanya. Pas mereka bahas Pride and Pejudice, itu yang paling saya suka. Obrolannya terkesan pandai gitu aja. Tapi bagian yang paling saya sukai itu ada di halaman 265-269, bisa dibilang, hampir semua halaman di bab 27 itu favorit saya. Dan saya nggak akan spoiler bagian itu, nggak rela, HAHA. Saya juga suka banget bagian Aisya cerita ke Aira soal 'nomor yang tidak dapat diraih', soalnya saya jadi bisa tahu dengan pasti kalau yang Arka maksud di halaman 184 itu Aira.

"Kecuali?"

"Kecuali sama yang nggak bisa saya raih."

Oke, di sini, saya yang baper, bukan Aira.

HAHA. Intinya, buku ini keren banget; isinya menarik dan nggak ngebosenin buat dibaca ulang. Lima bintang dari lima, yeay!
49 reviews
March 10, 2017
Awalnya beli ebook novel ini cuma gara-gara diskon di google play. Bacanya juga dikit-dikit di kantor, sampe selesainya aja seminggu lebih.
Tapi ternyata aku suka baca bukunya. Jarang banget baca teenlit bercerita tentang anak-anak yang hobi belajar, biasanya cerita seperti ini cuma bisa aku tonton di dorama Jepang.

Mau baca teenlit yang isinya ga melulu cinta-cintaan lagi dong >.<
Profile Image for Ader.
22 reviews
February 18, 2018
ceritannya asik sih. Tapi entah kenapa aku ngerasa kalau tokoh utamanya itu seperti alien yang sedang beradabtasi dan mencoba berbaur dengan para homo sapiens yang ada di bumi. Beranggapan bahwa dirinya paling aneh dan berbeda diantara yang lain. hmm i dunno
Profile Image for Adara Kirana.
Author 2 books205 followers
Read
October 23, 2016
Tentu aja ini bukan review yang sebenarnya karena kalau iya, bakal jadi subjektif mengingat saya yang nulis HAHA.

Saya enggak bakal nulis tentang alur atau apa pun, jadi yang mau saya tulis di sini adalah, beberapa hal yang mungkin enggak jelas di dalam buku saya dan mungkin bikin kalian bingung.

Sebelumnya, saya minta maaf untuk segala kekurangan yang ada di dalam buku ini. Tapi makasih banyak yang udah mau baca hehe.

Oke, ayo mulai aja. Yang banyak ditanyain ke saya itu beberapa typo-nya. Oke, saya kasih contoh beberapa yang mungkin agak ngebingungin, ya.

(foto bisa dilihat di blog)

Yang lainnya emang ada, sih. Tapi cuma kayak kurang satu huruf di dalam satu kata gitu, atau katanya keacak dikit dan sebagainya, jadi sepertinya masih bisa dimengerti. Hehe. Maaf ya kalau menganggu. Kalau ada yang enggak dimengerti, bisa langsung tanya ke saya aja : )

Oke, mungkin segitu dulu. Sekali lagi, saya enggak bakal bahas soal alur, cerita secara kesuluruhan dan sebagainya--apalagi ngasih bintang. Itu saya serahin ke kalian aja. Hehe. Jadi, abis selesai baca, jangan lupa tinggalin kesan, pesan, krtik, dan saran yaa : )

Link review di blog: http://expellianmus.blogspot.co.id/20...
Profile Image for fady.
14 reviews2 followers
September 27, 2023
[Review lengkap : http://fadyasshhh.blogspot.co.id/?m=0]

Covernya bagus, bagian judulnya yang bisa 3D kalau kena cahaya bagussss, ceritanya sudah pasti bagus (karena yang bikin An hahaha). Minusnya... enggak ada judul-judul unyu pas masuk bab baru kayak yang versi Wattpad. Di buku cuma angka-angka doang. Aku pikir bakal ada judul unyunya juga, tahunya enggak. Padahal lucu!
3 reviews1 follower
November 11, 2017
Awalnya aku penasaran sama buku ini karena katanya anti mainstream gitu, dan ternyata benar. Aku sangat menyukai buku ini karena buku ini benar" sesuai dengan bacaan untuk remaja seumuranku. Buku ini nagih banget, next time I'll re-read this book! Selengkapnya bisa cek reviewnya di igku yaitu @jeljelbooks
Profile Image for shel.
79 reviews6 followers
January 1, 2018
Idenya anti-mainstream. Saya suka. Kalo di review-review lain bilang pada kurang suka sama Aira, saya biasa-biasa aja. Tapi menurut saya lebih baik karakter Aira dibuat sedikit lebih realistis.

Ada beberapa typo yang mengganggu.
Profile Image for Gabriella Halim.
194 reviews13 followers
August 2, 2017
Awal membaca cerita ini, kamu akan dikagetkan dengan Aira, gadis yang bisa dibilang amat jenius di usianya. Tapi sayang, dia sendiri kurang pergaulan alias kuper. Teman dekatnya hanya guru les yang selama ini membimbingnya sejak SD kelas 1 dan mamanya. Bila hubungan dengan Ayah dan juga keluarga barunya dekat, mereka juga bisa dianggap teman oleh Aira.


Ada satu lomba yang hadiahnya sangat diinginkan Aira, namun, dia harus masuk ke sekolah untuk mendapatkannya. Aira tidak sepenuhnya membenci sekolah. Dia hanya tidak ingin dianggap aneh seperti alien. Seperti apa yang dialaminya semasa SD dulu. Akhirnya, mau tak mau, Aira masuk ke sekolah pilihan ibunya. Siapa sangka di saat ia membuntuti teman pertamanya di sekolah tersebut, Kalila. Dan hal inilah yang menjadi titik awal persahabatan mereka.


Selama ini, Aira tidak pernah mengatakan bahwa ia pintar. Dia bahkan mengikuti kelas tambahan dan berkenalan dengan Rio, dan juga Arka, guru pembimbing di kelas tambahan tersebut. Sampailah di mana waktu pendaftaran calon peserta cerdas cermat, Kalila dan Aira mengikuti kegiatan tersebut. Seperti biasa, Aira mendapat nilai tertinggi, dan Kalila mendapat nilai di peringkat 4. Kalila marah dan mendiamkan Aira. Baginya, Aira sudah membohonginya.


Berbagai cara Aira lakukan untuk memperbaiki hubungannya dengan Kalila. Mulai dari memberitahu orang tua Kalila tentang betapa bagusnya gambar Kalila, karena orang tua Kalila tidak pernah mempercayainya barang sedikitpun tentang menggambar, bagi orang tua Kalila, panutannya ada Reza, kakak Kalila yang berprestasi di bidang akademik dan non-akademik. Sampai akhirnya, Aira membuat satu keputusan, yang membuat guru pendampingnya kaget.


Satu hal dan mengubah segalanya. Aira yang dulunya pendiam, kini mulai membuka diri, dan bahkan mulai pendekatan dengan Rio.


- - - - - -


Actually, pas awal aku nemu buku ini, ini aku bacanya via ebook playstore sih, tapi sebelumnya aku nemu di wattpad, trus kependem deh. Pas mau baca, tiba-tiba udah mau dicetak. Sedih deh. Menurut aku, bacaan ini asik sih, tapi karna aku jarang nemu yang kayak bahas something pake bahasa matematika (contohnya bisa dilihat di Instagram aku). Jadinya ngerasa weird gitu. Tapi, so far aku menikmati kok. Apalagi yang pas Aira belajar bahasa gaul. Intinya, ini recomended banget buat kalian yang nyari bacaan teenlit ya guys!
Profile Image for Nela Hela.
21 reviews
January 2, 2017
"Kalau kamu mengubah satu hal di hidupmu, lama-lama seluruh hidupmu akan berubah." (hal. 109)

Aira. Cewek kelewat genuis yg harus keluar dari zona nyamannya untuk masuk SMA, demi bisa mengikuti lomba cerdas cemat berhadiah The Thirteen Books of Euclid's Elements. Rasa penasaran membawanya bertemu Kalila. Dan menjadikan Kalila teman dekatnya. Lalu, Aira lagi-lagi harus merelakan waktu belajarnya di rumah, karena Rio memasukkannya ke kelas tambahan IPA--yg tidak dibutuhkannya. Tapi itu tidak seburuk yg terlihat, karena dari situ Aira kembali mendapat seorang teman menyenangkan sekaligus guru kelas tambahan. Arka.

Semua berjalan aman--walau Aira harus 'bersembunyi'. Sampai Akhirnya, hasil seleksi cerdas cermat diumumkan. Saat itulah, Aira harus membuat keputusan sulit, yg mungkin akan merubah hidupnya.

~

Selama membaca buku ini, aku berkali-kali dibuat terseyum sekaligus melting, hanya karena modus-an dan gombalan receh Rio, atau ketika Arka dan Aira membicarakan tentang novel-novelnya Charles Dickens, juga ketika Arka ngasih 'kode' ke Aira.

Walaupun buku ini menceritakan proses perubahan Aira, tp juga ada sisi manis dan romance nya koq. Tidak berlebihan, terasa pas. Covernya juga keren dan menarik, yaa meskipun bukan cover pilihanku waktu vote cover, karena entah kenapa gambar teleponny yg terlalu besar, agak sedikit mengganggu.

Kalau boleh dibandingkan dgn yg di wattpad. Aku lebih suka versi cetakny, karena di sini, Aira selama ini homeschooling, jadi wajar dan logis kalau dia ga pandai bersosialisai dan ga punya teman, kecuali Mamanya, Kak Zahra, Hera, dan... saudara2 yg sering ia lupa namanya. XD

Sebenarnya Aira ini sombong, sering banget pamer, wkwk. Bergurau saja. Tapi, aku suka cara penulis menggambarkan sosok Aira ini dgn cara menyelipkan pemikiran Aira menggunakan berbagai hal yg dipelajari Aira di buku (agak ga ngerti ya? makanya baca pasti ngerti), Menandakan kalau Aira ini memang kelewat genius.

Aku suka sama penulis yg memperhatikan setiap detail tulisannya, dan aku mendapatkannya di buku ini, HAMPIR tidak ada yg miss atau janggal. Atau karena aku terlalu menikmati membacanya, jd tdk menemukan hal yg terasa TERLALU janggal. Haha. yaa meskipun memang, ada beberapa bagian yg sedikit maksa.

Banyak pelajaran yg bisa diambil. Jadi membaca buku ini ada faedahnya, koq. Haha
Ceritanya memang ringan. Tapi jadi tdk begitu ringan kalau mikirin tentang omongan Aira sama Mamanya, Aira sama Arka, atau Aira dgn dirinya sendiri. Wkwk

Meski, Ending ny ga sesuai keinginan, tp ya sudahlah aku pasrah dgn keadaan, seperti halnya yg dilakukan salah satu tokoh di buku ini. Wkwk.

Oh, dua lagi, Typos everywhere
Kalau gak salah dari halaman pertengahan sampe akhir, ada cukup banyak typo yg aku temukan. Dan menurutku ada yg sedikit fatal, aku lupa halmn berp, ada satu dialog tag kalau ga salah, PoV ny berganti, seharusnya PoV 1 jadi PoV 3.
Mungkin nanti kalau dicetak ulang, bisa diperbaiki, biar kane bacanya. Dan soal font buat percakapan di Line, itu agak bikin sakit mata sih, soalnya warna font hurufnya udah hitam, ditambah tambahan apa sih itu namanya, clip art ya atau shapes? pokokny itu, warnanya jg burem, mungkin karena copy-an kali ya, Jadi, tulisannya ga terlalu kelihatan. mungkin nanti, ga usah di kasih warna aja itunya, atau pake cara lain, buat menandakan kalau itu percakapan di aplikasi chatting, tp yg kalau dicetak tetep jelas tulisannya.

Kalau kamu mau membaca novel remaja yg ceritanya ga menye-menye, sekaligus ingin belajar bahasa gaul, hehe. buku ini sangat pas untuk kamu.
Profile Image for Lievadiar.
147 reviews16 followers
May 24, 2018
Judul : The Number You Are Trying to Reach is Not Reachable
Penulis : Adara Kirana
Penerbit : Bukune
Jumlah halaman : 298
Tahun terbit : 2016

Buku ini masuk ke salah satu wishlistku sejak pertama kali terbit. Dari judul dan covernya yang bikin penasaran, bikin bertanya-tanya, apa/siapa yang dianalogikan seperti bunyi operator ketika kita menghubungi nomor seseorang (dan finally aku nemu jawabannya pas mendekati akhir). Lalu penulisnya, yang kutahu awalnya An itu blogger (book review gitu), ternyata jago juga buat cerita begini. Saluuuuuut!

Cerita ini diangkat dari platform menulis Wattpad dan bergenre teenlit, tapi ini beda dari teenlit kebanyakan. Kalau teenlit kebanyakan berkisah seputar asmara anak sekolahan, novel ini nggak seperti itu. Memang ada, tapi cuma sedikit sih menurutku. Di sini lebih bercerita tentang menerima diri sendiri, menerima perubahan untuk jadi lebih baik lagi, tentang persahabatan, juga bagaimana hidup bersosial, intinya mengajak kita untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi.

Pasalnya Aira ini anak yang ansos banget tapi jenius macem Einstein. Dia pernah sekolah umum tapi di kelas 1 SD aja, selanjutnya homeschooling sampai dia berumur 15th. lah buset gimana nggak ansos tuh . Nah karena diiming-imingi hadiah buku The Thirteen Books of Euclid's Elements (ditulis oleh matematikawan Yunani Euklides pada awal abad ke-3 SM) sama guru(homeschooling)nya, Aira mau nggak mau harus masuk SMA karena buku itu yang dijadikan salah satu hadiah lomba cerdas cermat, dan lomba itu juga harus berkelompok.

Di beberapa bagian kadang buatku yang kayak 'hah? seriusan?' misalnya pas Aira pakai seragam untuk pertama kalinya setelah homeschooling yang begitu lama, si mama minta foto, tapi sampai dihitung kemiringan derajatnya. Atau pas mama nanyain kenapa seragam Aira agak kusut, terus dibahas berapa watt setrika yang dipakai Aira. Atau pas lagi ngobrol berdua sama mama dan mama mau pergi nitip pesen buat nepuk-nepuk bantal sofa karena mengkerut (padahal kerutannya nggak seberapa), sampai hilang kerutan coy! #busetdah

Oke, next soal Aira yang udah mulai masuk ke dunia sekolah : SMA. Di sekolah dia menemukan banyak hal baru yang belum dia temukan selama dia homeschooling (kecuali tentang materi SMA yang udah dia babat habis sebelum masuk SMA). Di sekolah dia mulai mendapatkan teman, tapi dia nggak menunjukkan kejeniusannya di depan teman-temannya karena dia nggak mau dianggap aneh. Selama di sekolah dia dekat dengan Kalila, yang berawal dari rasa penasarannya waktu awal-awal sekolah dan dia mengikuti Kalila ke suatu tempat. Hingga kemudian mereka jadi teman dekat selama Aira berada di sekolah. Aku suka banget gimana Aira mulai berubah untuk bisa bergaul dengan teman-temannya.

Karena nggak mau dianggap anak aneh.. Jadi, selama di sekolah Aira bersikap seperti anak pada umumnya. Dia juga masuk (terpaksa karena didaftarin sama Rio, salah satu teman cowoknya yang modus abis) ke kelas tambahan yang sebenarnya diperuntukkan bagi anak-anak dengan nilai pas-pasan. Dan di sana dia bertemu dengan Arka yang notabene guru di kelas tambahan itu, yang sebelum pertemuan pertama mereka bahkan sudah bercakap-cakap membahas buku-buku klasik. Aku suka banget setiap obrolan mereka yang melibatkan buku-buku dan apapun yang bikin mikir. Aku suka banget dialog Arka-Aira. Ketika mereka bahas A Tale of Two Cities (yang bukunya pengen banget kubaca tapi belom kesampean), lalu juga bahas Pride and Prejudice (yang untungnya udah aku baca tahun lalu, jadi paham apa yang mereka bahas). Aku suka ketika Aira bisa jadi dirinya sendiri ketika bersama Arka ❤

Oh ya.. Beberapa bagian yang jadi favoritku ini nih :

❤ Aira-Rio ❤

Aku kemudian mendapat ide untuk mencoba bercanda seperti anak-anak lainnya. Tidak ada salahnya, kan?

"Yah, padahal kalau lama kan, gue bisa nebeng lo dengan alasan udah kesorean," keluhku, pura-pura menyesal.

Rio tertawa. "Modus."

"Kalau udah tahu dimodusin, diem aja." Aku mengulang ucapannya tadi.

Masih sambil tertawa, Rio berkata, "Siap, Bu Guru."



❤ Aira-Arka ❤

Arka mengangguk lalu nyengir. "Kamu sampai hafal gitu ya," katanya. "Tapi jangan nganggep kamu keren dulu. Saya juga hafal, kok," lanjutnya sambil tertawa.

Aku tertawa. "Kalau kamu suka bagian yang mana?"

"Bagian akhir. 'It is a far, far better thing that I do, than I have ever done; it is a far, far better rest that I go to than I have ever known.'"

Sesuatu yang hangat menjalar di tubuhku ketika Arka melafalkan salah satu bagian dari A Tale of Two Cities. Seperti yang sudah pernah kubilang, ada sesuatu dari cara Arka membaca yang enak untuk didengar.


Cuma minus beberapa saltik dan mungkin untuk next novel An bisa lebih show daripada tell. Kayak ini kan Aira jenius tingkat dewa nih, segala hal dia kuasai, cuma masalah di ansos aja. Tapi tetep aja rasanya kurang manusiawi. Kalaupun Aira sejenius itu (seperti yang dideskripsikan di narasi dia bisa bahasa A-B-C-D blablabla), bisa lebih ditunjukkan lagi daripada hanya di narasi aja kalau dia bisa ini-itu-ini-itu.

Selebihnya 4/5 🌟 untuk cerita ini. Dan aku curiga dengan kejeniusan Aira ini. Entah risetnya yang begitu wow atau memang Aira itu sosok penulis itu sendiri. Yang bikin salut itu sih, kalau punya temen sejenius itu pasti kagum banget akunya.

Dan nggak salah kalau cerita ini dijadikan salah satu buku Pengayaan Pribadi yang digunakan sebagai sumber belajar untuk adik-adik yang masih sekolah. You deserved, An! Selamaaaaat!
Profile Image for Ekasari Amalia.
8 reviews
September 18, 2017
Baru ingat novel ini novel pertama yang gue baca tahun ini, bukan bumi.
Soalnya udah lumayan jauh jaraknya sama bacaan selanjutnya.
Mau baca novel ini karena kebetulan suka sama novel yang genre 'romance' nya itu enggak banyak.
Profile Image for Caneya.
62 reviews7 followers
March 27, 2020
Serius ini wowww banget.. mana ada mitologi yunani juga jadi pengen baca baca...
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for LIAN.
13 reviews1 follower
April 2, 2024
Baca buku ini waktu SMP dan masih suka banget sampai sekarang. :>
Profile Image for Tariy Viy.
25 reviews2 followers
April 10, 2017
ah keren deh pokoknya. recommended buat anak. biasanya sy mah kalo bacaa buku begitu tau tokohnya soal anak SMA langsung stop tengah jalan, krn yah kan paling2 ceritanya gitu2 aja, saliing benci terus saling suka dan happy ending.. tp buku ini lain, sekalipun tokohnya anak SMA, tp nilai2 yg dicerita bahkan jauh lebih berbobot dibanding buku2 yg tokohnya dewasa sekalipun.. keren deh. recommended.
Displaying 1 - 30 of 100 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.