From the Bookshelf of The Book Basilisks…

All the Light We Cannot See

Anthony Doerr

Start date: June 1, 2016

Finish date: July 1, 2016

Discussion: June 2016 Book Discussions

Find A Copy At

Libraries

Group Discussions About This Book

Showing 2 of 2 topics — 108 comments total

June 2016 Book Discussions

June Group Read: All The Light We Cannot See
By Ayunda · 85 posts · 31 views

last updated Jul 10, 2016 06:59AM

This topic has been closed to new comments.

June Group Read Nominations
By Ayunda · 19 posts · 14 views

last updated May 12, 2016 01:34PM

What Members Thought

Mar 05, 2016 mollusskka rated it really liked it · review of another edition

Shelves: i-cried, bad-ending

Finally, finally, finally after two months struggling to finish this book. I made it to the last page! Yeay!!!

It’s not that I didn’t enjoy the book. It’s good and captivating. So beautifully written like a poetry until it is a little dragging and somehow it makes me feel that war is “amazing”!!! Amazingly destroying every creatures back then at the World War II, which became the main setting of the story.

Honestly, I already had my own prediction about the story. Having known there are two main Finally, finally, finally after two months struggling to finish this book. I made it to the last page! Yeay!!!

It’s not that I didn’t enjoy the book. It’s good and captivating. So beautifully written like a poetry until it is a little dragging and somehow it makes me feel that war is “amazing”!!! Amazingly destroying every creatures back then at the World War II, which became the main setting of the story.

Honestly, I already had my own prediction about the story. Having known there are two main characters, a boy in Germany named Werner and a blind girl in France named Marie-Laure, and there is a war between those two countries. So it is easily predictable for me about how the story’s going to be, right? Apparently I was really wrong. There is almost no romance in it! In fact, (view spoiler) How come??!! After all those pages I’d read… T_T

But okay, at least there’s still romance/love in this book. Only it’s a different kind. Such as: deep love for a radio/math/science, deep love for mollusk, deep love for birds, deep love for gems, deep love for miniature, deep love for transmitter, deep love for paper airplane and so on. They are still love, though. And they are beautiful and sweet. Oh, and of course the affection in the family. (view spoiler) I really like him.

One more thing that’s really interesting about this book, it’s Sea of Flames. Is the legend true? And Borneo? That’s an island in my country, right? But why I never heard about Sea of Flames? It’s so weird. Or am I just too stupid? Whatever. At least the legend of Sea of Flames can make up for my disappointment about almost-no-romance-between-Marie-Laure-and-Werner-and-it-sucks. The funniest thing is the ending about of the book. Somehow it reminded me of Titanic the movie. I mean, the grandma. Really.

So, that’s all my review for All the Light We Cannot See. Once again, it is beautifully written and so deep in characters and description, but it might be a little dragging that it bores you. Of course it’s still worth reading. Also so many knowledge you will get from this book. Just don’t get your hopes up on the romance side. It’s disappointing like I said.
...more

38 likes · Like · see review

Jun 05, 2021 Fatoni M rated it it was amazing

Sejak belajar cara membangun cerita yang baik dan benar, anggapanku soal karya fiksi yang bagus terdoktrin. Cerita yang bagus itu harus jelas act structure-nya: inciting incident, act II, midpoint, lost it all, act III, resolution, ending. Sungguh naif. Dalam pengalamannya, ada karya fiksi yang tidak terlihat arah ceritanya, tapi masih bisa dinikmati setiap chapter-nya. All the Light We Cannot See salah satunya.

Buku ini dibuka dengan adegan Amerika yang mencoba merebut Saint Malo, Perancis, yang Sejak belajar cara membangun cerita yang baik dan benar, anggapanku soal karya fiksi yang bagus terdoktrin. Cerita yang bagus itu harus jelas act structure-nya: inciting incident, act II, midpoint, lost it all, act III, resolution, ending. Sungguh naif. Dalam pengalamannya, ada karya fiksi yang tidak terlihat arah ceritanya, tapi masih bisa dinikmati setiap chapter-nya. All the Light We Cannot See salah satunya.

Buku ini dibuka dengan adegan Amerika yang mencoba merebut Saint Malo, Perancis, yang saat itu masih diduduki Jerman. Kemudian kita dikenalkan pada dua tokoh utama. Marie-Laure, seorang gadis buta yang terjebak di rumah pamannya sendirian. Werner Pfenig, seorang tentara muda Jerman yang sedang mengungsi di ruang bawah tanah hotel.

Arah alur cerita ini tidak tampak sampai, mungkin, pertengahan buku. Sepanjang buku diisi dengan chapter-chapter pendek, YANG AKU SUKA BANGET--HIDUP CHAPTER PENDEK, yang mengikuti kisah dua tokoh utama kita tahun-tahun sebelumnya: ketika Marie-Laure masih di Paris, ketika Werner masih di panti asuhan, lanjut ketika Marie-Laure dipaksa migrasi ke Saint-Malo, lanjut ketika Werner di sekolah militer untuk tentara muda Hitler, lanjut sampai keduanya dipertemukan takdir di Saint-Malo.

Tampak sangat membosankan. Kita tidak tahu arah cerita ke mana. Tiap chapter tidak banyak perubahan yang cukup berarti.

Dari situlah gaya tulisan Anthony Doerr sangat membantu. Penggambaran latar yang kaya. Deskripsi emosi karakternya yang jelas. Kalimat-kalimat pendek yang melibatkan banyak panca indera. Hingga plot point, titik tempat cerita sangat penting artinya bagi karakter, yang diceritakan dengan penuh emosi.

Selain jatuh cinta dengan gaya tulisan Anthony Doerr, aku juga jatuh cinta pada karakternya. Werner khususnya. Aku tahu kita tidak patut membuat stereotipe, tapi tentara Jerman di Perang Dunia II sering kutemui digambarkan kejam dan tidak seperti manusia. Di sinilah Werner berbeda. Dia hanya anak yang ahli dalam teknologi radio, yang dimanfaatkan untuk perang. Di sisi lain, Marie-Laure agak tipikal, gadis buta yang tegar dan tidak perlu dikasihani. Namun, dia juga sesekali merasa takut dengan seisi dunia ini. Selain itu, ada banyak tokoh lain yang penokohannya bagus semua: ART yang menyulut api pemberontakan beserta kelompok ibu-ibu, veteran perang yang phobia untuk keluar rumah, kolektor batu perhiasan yang berusaha membangun museum seni impian Hitler, siswa yang korban bullying yang dengan berani bilang pada teman baiknya: lebih baik kau tidak berteman denganku karena hanya akan merepotkanmu, dan masih banyak lagi.

Aku bersyukur bisa membaca buku ini. Aku sangat rekomendasikan untuk yang ingin rehat sejenak dari buku yang alurnya berkecepatan tinggi, dan ingin membaca cerita yang bisa dinikmati setiap kalimat-kalimatnya; menyaksikan keadaan sebuah kota dijajah Jerman; bersekolah di kamp tentara muda hitler; mengikuti cerita dua remaja di tengah perang. ...more

1 like · Like · see review

May 31, 2016 Sari Herbita rated it it was amazing

Dari segi cerita, tema yang diangkat sangatlah bagus. Tentang apa yang dialami segelintir orang pada saat perang dunia kedua terjadi. Sebelum ini aku hanya membayangkan bom dan penembakan dimana-mana saat perang, tidak sampai membayangkan beban psikologis sesedih ini. Padahal cuma 2 tokoh yang diceritakan namun sudah cukup memporak porandakan perasaan pembaca.

Diceritakan secara maju mundur dan dari sudut pandang orang ketiga, kehidupan Marie-Laure dan Werner diceritakan secara paralel. Sehingga ...more

1 like · Like · see review

Jul 05, 2016 Eve rated it it was amazing

Shelves: heartbreaking, family, brilliant, life-lesson, asdfghjkl

“But it is not bravery; I have no choice. I wake up and live my life. Don't you do the same?”-Marie-Laure

And again, and again from this story i learned that, war is not a wise way to get an autorithy, to get a power, it just remains loss.

I do love this book. I've never read any of historical romance stories as beautiful as this is.
At first, it took me so long to finish the 500 pages of the book. GAH! PLEASE HELP ME TO FINISH THIS! Because of- first, the story-line drive me crazy it written ...more

Like · see review