Sara Thacker's Blog: Red Skhye In Morning, page 4

May 27, 2013

Instrumen BG dan PoF

Pembaca, Apa kabarnya hari ini? Sebagaimana yang telah saya sampaikan dalam tulisan saya sebelumnya, saya tampilkan berikut Contoh-Contoh Surat Berharga  (Instrumen BG dan PoF) dari salah satu bank di Luar negeri, yang diterbitkan untuk salah satu orang Indonesia.

Catatan : Dokumen-dokumen ini hanya contoh, diasumsikan palsu dan tidak asli/genuine (fake or scam) dan dilarang mencetak atau memperbanyak untuk mencegah penyalahgunaan.

PoF

  BG






Invoice (tagihan) atas Penerbitan BG

Lho, kok ada Invoice (tagihan) segala ??

Begini, dalam kasus ini kebutuhan adanya PoF dan BG adalah (harapan dari yang namanya tercantum sebagai pemilik) untuk dijadikan Collateral/Agunan/Jaminan untuk mendapatkan fasilitas (baik tunai maupun non tunai) dari perbankan. Untuk itulah maka si peminat mencoba menghubungi satu lembaga keuangan penyedia (provider) untuk BG dan PoF, dengan harapan dapat "menyewa" asset/harta dari lembaga tersebut, untuk dijadikan jaminan fasilitas perbankan. Dengan kata lain, lembaga penerbit instrumen tadi, turut menjamin (tapi sebenarnya tidak turut menanggung risiko!) usaha atau proyek dari si peminat tadi. Invoice diatas, adalah tagihan dari pihak penerbit kepada pihak peminat, yang menunjukkan berapa biaya yang harus dikeluarkannya untuk mendapatkan dokumen Collateral/jaminan (dan kepercayaan) dari lembaga keuangan penyedia Instrumen Keuangan tadi.

Tapi, apakah pihak perbankan atau pemberi fasilitas tersebut dapat dengan mudah mempercayainya sehingga fasilitas yang diminta pun akan diberikan begitu saja, itu adalah hal lain.

Disinilah diperlukan kewaspadaan dan kejelian seorang dari seorang yang bergerak di bidang keuangan, agar tidak mudah terjebak. Karena, bagaimanapun juga dalam bisnis, Kepercayaan (trust) adalah hal yang utama dalam bisnis. Reputasi dan kredibilitas pun tidak semudah membalik telapak tangan dan diperoleh dari kerja keras satu - dua hari saja.
Tidak terhitung banyaknya di Indonesia (bahkan penulis yakin di luar negeri pun begitu) pihak-pihak yang kehilangan banyak waktu, tenaga, pikiran, bahkan biaya untuk menindak lanjuti hal-hal seperti ini, dengan harapan mendapatkan keuntungan (profit) dengan cepat dan mudah sekaligus menjadi kaya mendadak, meskipun hanya sekedar jadi tim penggembira dari para mediator, arranger, konsultan, atau apapun itu namanya. Dalam tulisan saya sebelumnya telah disampaikan bahwa di dalam Instrumen Keuangan, hampir selalu bernilai fantastis yang tertera disana.

Jadi pembaca, pihak manakah yang paling harus jeli, waspada dan hati-hati atas adanya kasus-kasus (seperti penipuan) Instumen BG dan PoF seperti diatas jika hal ini melibatkan kerabat, kolega, atasan, atau perusahaan anda sendiri?

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 27, 2013 23:03

Hitam Putih Instrumen Keuangan

Pembaca, mengapa saya tulis judul diatas, Hitam Putih Instrumen Keuangan, karena hal ini menurut saya menarik. Yang saya maksud 'Instrumen Keuangan' disini adalah Surat Berharga yang diantaranya adalah Bank Guarantee (BG), Bukti Dana (Proof of Fund/PoF), Standby Letter of Credit (SBLC), dan lain-lain. Banyak sekali kasus-kasus yang dihadapkan pada saya dari teman atau kolega, yang terkait instrumen-instrumen tadi.
Bagi mereka yang pertama kali menemukan kasus (atau cerita?) tentang apa, bagaimana, dan lain-lain terkait instrumen keuangan tadi, pasti penasaran. Betapa tidak, karena nilai yang tercantum disana, selalu fantastis. Bisa puluhan atau ratusan milyar, bahkan triliun-an.
Kelak nanti saya akan ceritakan dalam blog ini, sedikit-sedikit secara bertahap, kasus-kasus atau cerita-cerita tentang instrumen keuangan di Indonesia, yang saya dapat selama saya geluti profesi saya dibidang konsultan keuangan. Meskipun demikian, nanti saya tidak akan berikan penjelasan definisi atau pengertian dari istilah-istilah yang mungkin saya gunakan. Nantinya, silahkan anda cari sendiri di Search Engine favorit anda, atau di situs resmi pihak yang kompeten (situs Bank Sentral/BI, Kementrian Keuangan, Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan/PPATK, Bank Swasta, dan lain-lain stakeholder).
Mengapa saya tulis 'Hitam Putih'? Karena memang Instrumen Keuangan ini sangat absurd. Bagai kabut. Abu-abu. Seperti mimpi, tapi real juga.
Di Indonesia, hal-hal terkait instrumen keuangan (tingkat canggih ini) tidak ada satupun dapat dipelajari secara formal. Tidak ada kurikulum akademisnya. Yang ada paling referensi-referensi textbook seperti misalnya, bank garansi adalah ...., bukti dana adalah...., dan lain-lain sebagainya. Paling banter juga ada pembahasan kasus-kasus keuangan dalam pelatihan-pelatihan eksklusif tertentu. Misalnya, dalam pelatihan asosiasi (terkait) keuangan, pelatihan intern utk karyawan bank (tingkat lanjut), dan lain-lain kursus mahal lainnya.
Terus, darimana kita bisa dapatkan referensi terbaik, atau mungkin juga Best Practice-nya? dari Pengalaman!
Pengalaman memang menjadi guru terbaik dalam hal-hal praktek instrumen keuangan. Diskusi dan bertukar pengalaman dalam satu komunitas (yang berkecimpung dan bergelut di bidang yang sama yaitu instrumen keuangan) adalah sumber pelajaran yang sangat berharga. Setiap orang dalam komunitas tersebut, memiliki pengalaman individu dalam menghadapi suatu kasus. Jika masing-masing pengalaman ini dibagi ke dalam satu komunitas, maka akan menjadi pengalaman komunitas dan pengetahuan kolektif.
By the way, saya senang sekali jika nanti ada pembaca yg ingin berkomentar, atau ada yg ingin di-share juga atas tulisan-tulisan saya nanti tentang Instrumen Keuangan.





 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 27, 2013 08:48

May 24, 2013

Apa?? 1 Triliun??

Pembaca, anda tidak perlu kaget dengan judul diatas ya, ' Apa?? 1
Triliun?? '. Ceritanya begini,

Itu adalah reaksi pertama saya saat ditelepon salah satu rekanan, yang
kebetulan dia pernah menjadi klien saya. (Sekedar info, bahwa saya
selalu memposisikan pihak yang awal-nya sebagai klien, menjadi
hubungan pertemanan).
Dia telepon saya, dan melempar satu diskusi, bahwa dia mendapat
peluang (tepatnya ditawari satu pihak) untuk mengambil pinjaman jangka
pendek dari luar negeri, dengan bunga kompetitif (tentu saja lbh
rendah di banding kan dengan di Indonesia, karena dalam USD) dengan
nilai yang sangat besar, yaitu 1 triliun rupiah (tepatnya minimum 100
juta USD,asumsi rate 1 USD = 10.000 Rupiah). Seraya saya ingatkan
bahwa pinjaman jangka pendek itu hanya untuk modal kerja dan bukan
untuk investasi, saya identifikasi juga sebenarnya peruntukan
penggunaannya itu untuk apa, atau proyek yang mana (teman saya itu
adalah pemilik perusahaan nasional yang cukup besar, bergerak di
bidangan pengadaan, kontraktor sipil, dan perusahaan pertambangan
dengan mayoritas pekerjaannya dari kontrak-kontrak pemerintah).
Kemudian dia pun bercerita tentang proyek ini-lah, itu-lah, yang
sebagian besar baru pada tahap penjajagan, dan (berdasarkan
perhitungan sekilas saya) ternyata kebutuhan modal kerja yang
diperlukan tidak lah sampai setengah atau 500 milyar (50 %) dari
peluang pinjaman yang dia dapat sebagaimana diawal tulisan saya tadi.
Sempat saya tanyakan ke teman saya itu, apakah dia sudah diskusikan
dengan staf-staf dia / para direktur keuangan di perusahaan-perusahaan
nya, dia jawab, belum, semata-mata karena faktor kepercayaan (atas
kerahasiaan dan kapasitas yang dimiliki para staf-nya,menurut dia).
Saran saya kepada teman saya tadi, lupakan saja penawaran pinjaman
tadi. Panjang lebar saya sampaikan tentang tipe2 pinjaman,
type/kategori dan struktur pinjaman, peruntukan, regulasi yang
berlaku, dan lain-lain pertimbangannya termasuk juga ilustrasi2 dan
risikonya. Intinya, selain tidak jelas (awal datangnya penawaran dan
syarat-syarat yang diminta), juga tidak sesuai kebutuhan dari
proyek-proyek yang sedang dan akan dijalankan olehnya.

Saya yakin anda yang bergerak di bidang keuangan pasti memahami-nya,
sehingga kenapa jawaban spontan saya di awal telepon tadi begitu, '
Apa?? 1 Triliun?? , hmmm....'.

 •  1 comment  •  flag
Share on Twitter
Published on May 24, 2013 23:20

May 23, 2013

Modus atau Skema yg bisa berjalan?

Beberapa jam lalu saya ditelepon teman lama dari luar kota. Perkenalan dan kebersamaan kami dulu saat kita menindaklanjuti beberapa peluang di sektor keuangan, khususnya funding dengan menggunakan instrumen keuangan dan perbankan.

Inti dari apa yg kami bicarakan di telepon tadi adalah, dia menanyakan bagaimana pendapat saya, terkait ada salah satu teman bisnisnya, yang mendapat pekerjaan (proyek) pembebasan tanah dengan nilai sebesar 275 milyard, yang sedang mencari pinjaman untuk bridging (dana talangan) yang akan digunakan untuk modal kerja, dengan jaminan Sertifikat Deposito Berjangka (SDB) yang akan di terbitkan oleh (oknum?) salah satu bank pemerintah, dengan warkat atas nama pemberi bridging atau penyedia dana. Penerima proyek saat ini, konon katanya sedang mencari mitra penyedia dana/pemberi bridging.

Saya sampaikan bahwa ini, umum dijadikan modus penipuan keuangan, meskipun bukan tidak mungkin skema ini bisa berjalan.

Pembicaraan skema-skema pendanaan proyek seperti ini, umum dibicarakan oleh para pelaku usaha (dan juga para mediator/makelar/arranger) hanya pada lapisan luar saja, dan jarang menyentuh teknis pelaksanaan dan relevansi dari fungsi atas produk-produk instrumen keuangan dan perbankan, termasuk konsekuensi-konsekuensi hukum terhadap regulasi yang berlaku (yang diterapkan oleh Pemerintah,Bank Sentral,Bank Pelaksana, dll.).

Hal ini terjadi dan terkadang asumsi (dan skema) berkembang liar,karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman dari para pelaku usaha, termasuk para mediator/makelar/arranger. Ini mempermudah pihak oknum (dalam pengertian negatif)tertentu, untuk mengambil keuntungan dengan memanfaatkan ketidaktahuan dan ketidakpahaman pihak-pihak tadi.

Skema yang sebenarnya bisa berjalan, adalah kemitraan/kerjasama antara penerima pekerjaan dengan penyedia dana dalam melaksanakan proyek (semacam Joint Venture/JV) dengan tujuan sharing profit di akhir masa kerjasama/proyek.
Kerjasama ini dapat melibatkan Bank Pelaksana sebagai Fund Arranger, dimana bank dapat berperan sebagai pengatur dana tunai/cash management, sekaligus treasury/ke-bendahara-an atas pelaksanaan kesepakatan kedua pihak tadi selama masa kerjasama/pelaksanaan proyek.

Skema diatas hanya salah satu diantara sekian banyak kerjasama/kemitraan usaha saja dari sekian banyak skema lainnya. Dengan wawasan dan pemahaman (atas pengertian instrumen keuangan dan regulasi terkait berlaku) yang benar, analisa yang tajam, dapat dibuat rumusan yang paling tepat dan cocok untuk menyediakan dana untuk proyek, sebesar apapun skala-nya.

Menurut anda pembaca, bagaimana?

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 23, 2013 08:36

May 22, 2013

Siapa saya?

Saya bukan siapa-siapa, hanya seorang yg mencoba peruntungan di bidang konsultan keuangan dengan spesialisasi di bidang perbankan dan investasi di Indonesia.

Meskipun saya bukan seorang yg ahli, saya memberanikan diri terjun di bidang itu karena saya menyukai nya.

Awalnya klien saya adalah para usahawan di sektor Usaha Kecil Menengah atau UKM. Istilah asing dikenal dengan SME's (Small and Medium Enterprise). Lambat laun, ya cenderung ke yang menengah.



Sebetulnya, di Indonesia para pemangku kebijakan memiliki definisi dan pengertian yang berbeda tentang UKM (SME's) itu. Kementrian Perdagangan, Kementrian Keuangan, Kementrian Koperasi dan UKM, dan instansi lain yang terkait memilliki perbedaan dalam perumusan pengertian atau definisinya. (Biasanya perbedaan ini timbul karena kepentingan dari setiap instansi tersebut memang berbeda)
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 22, 2013 02:57

May 21, 2013

Prelude

Tergerak membangun blog, untuk bercerita dan sharing soal apapun, terkait dengan bisnis dan perjalanan kehidupan.

Jika anda ikutin terus, akan ada banyak hal-hal menarik. Coba saja...:)

Semoga bermanfaat.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 21, 2013 08:42

September 15, 2011

Sable Hunter and T-R-O-U-B-L-E

p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal { margin: 0in 0in 0.0001pt; font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman"; }div.Section1 { page: Section1; }






T-R-O-U-B-L-E

by Sable Hunter




Story
Excerpt (PG)





[image error]

Kyler
Landon smoothed the supple leather with a large, roughened hand. The saddle was
almost completed. This particular saddle would go to the Houston Livestock
Rodeo and be presented to the current World Champion cowboy. It was solitary
work, but work he enjoyed.  Tooling
patterns on the leather was his favorite thing, this one had a vine pattern,
and the brand of the cowboy's ranch figured prominently in the design. Letting
his mind wander, he found himself caressing the leather, remembering the last
time he touched the velvety skin of a woman.  Stop! He tried to turn his mind away from sex. He tortured
himself night after night with images of a soft, sweet woman who would welcome
him between her thighs. He wanted a woman who would let him love her as much
and as often as he wanted. A woman that would enjoy his loving as much as he
enjoyed loving her.




It
had been a long time, too damn long. Dallying with the local girls could get
you into a whole passel of trouble—especially a man in his position.




The
sound of a vehicle stopping at his front gate pulled him from his sensual
reverie. He imagined it was the mysterious little black car from down the road,
but he knew better. This was a bigger engine. Sometimes, when he was working
out in the front yard, that car would go by and slow down to a crawl. The
windows were tinted completely black, a great deal darker than was legal, he
knew. So, he was at a disadvantage. He couldn't see who was behind the wheel,
but whoever it was could sure the hell see him. And they had looked, long and
hard. He could actually, physically, feel their gaze on his skin.




Hell,
he had even fantasized about who was driving that sexy little car. Once, when
he had been working on the front fence without a shirt, the driver had actually
run off the road. That fact had made him smile. Whoever it was, he was getting
to them. As his luck ran, however, the driver was probably a woman in her
seventies or a man in his forties. But one could dream. He sat there too long,
dreaming. He heard the vehicle leave. Rising from his chair, he made his way
out of the Saddlery shop and across the yard to the main house. A package sat
by the front door. "Must have been UPS," he thought. Good! He had been waiting
on some custom silver belt buckles for a special order. Taking the six front
steps in two leaps, he grabbed the package from the floor, opened the door, and
let himself in.




Laying
the cardboard box on the coffee table, he grabbed a beer and headed back to the
yard. The belt buckles would have to wait. One of these days, a cold front
would head this way and he would want to put a fire in the fireplace, so wood
needed to be split. He opened his mouth to call the dogs, but then remembered
he had taken them to the vet for their annual check-up and shots.




Today,
it would just be him. Alone again. Going to the side of the house, he retrieved
his axe. Chopping wood would go a long way to working off some of his sexual
frustration. Maybe. Hell, it was worth a try. The wood was piled out front near
the gate, a mix of red oak and hickory, as good for barbeque as it was for
heat. He swigged the beer, and then set the bottle up on top of a fence post.
Ky had employees who could have done this work for him, but he like to keep in
shape and there was nothing better than real physical labor to put on layers of
muscle—it beat the crap out of a gym, any day.




It didn't
take long for him to find his rhythm and even a shorter time for him to get hot
and decide to shed his shirt. As he worked, he reviewed his plans for the next
few days. Tomorrow was his day to put time in at his animal shelter, Saturday
was Angel Pantry day and not a woman in sight for the best date night of the
week. Shit!




* * *
*




Cooper
drove slowly by the Landon place. Ah, sweet Lord! There he was. And the fact
she had been a good girl was paying off in spades. The powers-that-be had seen
fit to reward her by letting the sun beat down hot enough to cause Gorgeous to
shed his shirt. She slowed to a crawl.




Sometimes,
he would stop working and watch her drive by. Today, he appeared too busy to
notice. A movement at the side of the woodpile caught her eye. What in the
world? Cooper was alarmed to see a huge snake crawling out of the stacked logs.
The vibrations of the axe on the wood had obviously disturbed it. This couldn't
be good.




Cooper
pulled over and stopped. Trying to be as quite as possible, she opened the car
door but did not shut it. The snake was right behind her neighbor and she was
afraid to call out, for fear, any sudden movement on his part would cause the
snake to strike. The rhythmic movement of the man and the axe had the snake,
seemingly, hypnotized. She walked as silently as she could, until she was at
the fence, right behind the snake. He was coiled and ready to strike. Cooper
knew snakes, having grown up on in the deserts of southwest Texas. She quickly
recognized that either the rattler had somehow lost his rattles in an accident,
or someone had intentionally caught it and removed them for a hat decoration or
whatever.




It
was now or never. Putting aside her normal reservations about being so close to
a man, she decided his safety was more important than her own. Climbing slowly
up on the fence, she spoke softly. "Don't move, Mr. Landon. Don't move a
muscle." The snake was huge! Coiled up, it was hard to judge, but it could
easily top five feet.




The
beautifully muscled man slowed his movements, until he was still. "Is this a
hold-up?" He asked the question softly, with a touch of humor in his voice.




"No,
but there is a major-sized rattlesnake right behind you, and it's getting ready
to strike."




Please leave a comment with email for a chance to win the giveaway. One winner will be
randomly selected from the commenters.  




The next stop on the tour is Practical Frugality













p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal { margin: 0in 0in 0.0001pt; font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman"; }a:link, span.MsoHyperlink { color: blue; text-decoration: underline; }a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed { color: purple; text-decoration: underline; }div.Section1 { page: Section1; }










Author Contacts




Website: http://sablehunter.com/

Twitter Handle: @huntersable

Email: [email protected]

Facebook: http://www.facebook.com/#!/profile.ph...







Buy Links




All Romance eBooks:

http://www.allromanceebooks.com/produ...





Amazon (Kindle Edition):

http://www.amazon.com/T-R-O-U-B-L-E-T...





Barnes & Noble:

http://www.barnesandnoble.com/w/troub...



BookStrand.com:

http://www.bookstrand.com/t-r-o-u-b-l-e




Secret Cravings Publishing:

http://store.secretcravingspublishing.com/index.php?main_page=book_info&cPath=28&products_id=98



 














 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 15, 2011 01:30

September 11, 2011

Six Sentence Sunday - Smooth Lies

p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal { margin: 0in 0in 0.0001pt; font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman"; }div.Section1 { page: Section1; }










He struggled with the ropes. The
noise of blood rushing in his ears grew louder. The Black Sea would be his
final resting place. There would be no shame in his giving up, no one would
know about his failure. But there would be shame in letting Riker get away with
treason. No, the bastard wouldn't kill the president with his own hands, but
the result would be the same. Given enough time and the use of the body armor
he'd developed, the enemy would strike and kill.




Purchase Smooth Lies

More Sunday Six




 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 11, 2011 04:20

September 4, 2011

Smooth Lies - Six Sentence Sunday


He struggled with the ropes. The noise of blood rushing in his ears grew louder. The Black Sea would be his final resting place. There would be no shame in his giving up, no one would know about his failure. But there would be shame in letting Riker get away with treason. No, the bastard wouldn't kill the president with his own hands, but the result would be the same. Given enough time and the use of the body armor he'd developed, the enemy would strike and kill.



Purchase Smooth Lies



More Six Sentence Sunday



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 04, 2011 06:20

August 27, 2011

Six Sentence Sunday - Smooth Lies

Jake Henley wanted to reach up and smack the bastard, but the bindings on his wrists prevented him from doing a lot of things he wanted to do.

Riker twisted the chain, forcing the metal to cut into Jake's skin, abrading his flesh. One more scrape wouldn't make a difference after they dumped him overboard. Riker growled and yanked at the tags.



To purchase Smooth Lies go here



More Six Sentence Sunday



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on August 27, 2011 19:13

Red Skhye In Morning

Sara Thacker
Introducing Red Skhye in Morning. Delanie Skhye is desperate for paparazzi free time. Samuel Taylor is on break from work. He finds Delanie alone on a private island, but something is wrong. A killer ...more
Sara Thacker isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Sara Thacker's blog with rss.